Penerapan e-Learning di Indonesia : Virtual Class di Fakultas Teknologi Informasi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Definisi E-Learning

Ada beberapa definisi E-Learning yang saya ambil dari beberapa sumber yaitu :

Menurut Darin E. Hartley [Hartley, 2001] (dikutip dari ilmukomputer.com) :

e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

Menurut LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] (dikutip dari ilmukomputer.com) :

e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.

Menurut Prof. Arif Djunaidy Pembantu Rektor 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya :

e-Learning bisa menggunakan teknologi apapun untuk berinteraksi . Misalnya saja, interaksi dalam pembelajarannya menggunakan chatting, atau bisa juga pembelajaran yang sudah direkam terlebih dahulu yang kemudian mahasiswa bisa mendengarkan melalui website atau jikalau memungkinkan men-download-nya.

Ditinjau dari kosakata pembentuknya maka kalimat e-Learning dapat dipisahkan menjadi :

e = electronic = elektronik

Learning = belajar

Jadi, menurut saya definisi e-Learning adalah suatu sistem belajar-mengajar yang menggunakan sarana elektronik sebagai media pendukungnya.

Berikut ini beberapa penerapan e-Learning yang ada di Perguruan Tinggi di Indonesia :

Universitas Indonesia

URL : http://scele.ui.edu/

scele.ui.edu adalah alamat e-Learning milik Universitas Indonesia Jakarta, di sini tersedia beberapa menu seperti :

  1. Site news, di sini diberikan informasi terbaru seputar kampus Universitas Indonesia baik infomasi yang diperlukan untuk pihak intern maupun untuk masyarakat umum.

  2. calendar

  3. Online Users, digunakan untuk merekam jumlah pengguna yang menggunakan situs ini.

  4. Link Universitas Indonesia, di sini tersedia alamat link yang berhubungan dengan situs yang dimiliki oleh Univeristas Indonesia, misalnya alamat resmi web UI, Perpustakaan UI, dsb.

  5. Course categories, tersedia pilihan menu per fakultas dan di masing-masing fakultas tersedia link untuk masing-masing jurusan yang ada di Universitas Indonesia.

Institut Teknologi Bandung

URL : http://kuliah.itb.ac.id/

kuliah.itb.ac.id adalah alamat e-Learning milik Institut Teknologi Bandung, di sini tersedia beberapa menu seperti :

  1. Menu utama, di sini tersedia alamat link yang berhubungan dengan situs yang dimiliki oleh Institut Teknologi Bandung, misalnya alamat resmi web ITB, Webmail Students, Digital Library, dsb.

  2. Kategori Kursus, tersedia menu per fakultas, jurusan yang ada di masing-masing fakultas, dan jumlah file yang bisa di-download untuk masing-masing jurusan.

  3. Calendar

  4. Upcoming Events, di dalamnya tersedia informasi kegiatan yang akan berlangsung di ITB.

  5. Situs ITB, dibagi menjadi 2 sub kategori, yaitu ITB Agenda, dan ITB Berita yang selalu di update mengikuti berita yang ada di situs resmi Institut Teknologi Bandung.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

URL : http://its.ac.id/akademik.elearning.php

URL : http://share.its.ac.id/

its.ac.id/akademik.elearning.php adalah alamat e-Learning milik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, untuk mengakses situs ini kita harus memenuhi persyaratan antara lain :

  • Anda berada di dalam lingkungan jaringan intranet ITS
  • Sistem Anda telah terinstall Java Runtime Environment 1.3 atau setelahnya.
  • Sistem Anda telah terinstall Macromedia Flash Player 6.0 atau setelahnya.

Di situs ini kita bisa memilih beberapa kategori subyek e-Learning yang tersedia.

share.its.ac.id adalah alamat e-Learning resmi ITS (bisa diakses dari luar tanpa harus berada di dalam lingkungan jaringan intranet ITS), di sini tersedia beberapa menu seperti :

  1. Menu Utama, tersedia beberapa link menu, yaitu Sharechat, Pengguna Baru Share-ITS, Overview, Website ITS, Berita e-Learning, Digital Library, Petunjuk penggunaan moodle, Tutorial, Materi Lokakarya, Site news.

  2. Kategori Kursus, dibagi per fakultas yang apabila di klik link-nya akan menuju link untuk mendownload materi per jurusan yang ada di fakultas tersebut.

  3. Kalender

  4. Aktivitas, tersedia beberapa link menu, yaitu Bacaan, Chat, Forum, dan Survei.

  5. Pengguna yang online, merekam jumlah pengguna yang sedang online.

  6. Aktivitas lalu, merekam aktifitas yang telah dilakukan oleh pengguna.

Universitas Gadjah Mada

URL : http://elisa.ugm.ac.id/

elisa.ugm.ac.id adalah alamat e-Learning milik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, di sini tersedia beberapa menu seperti :

  1. User. Login untuk pengguna elisa.

  2. Non User, link yang terhubung langsung ke form pendaftaran untuk pengguna baru.

  3. Berita, link yang terhubung langsung ke halaman berita terbaru seputar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  4. Survey, Survey untuk pengguna yang materinya diganti secara berkala.

  5. Diakses dari, menampilkan alamat IP pengguna.

  6. User-Agent, menampilkan spesifikasi software pengguna.

  7. Jumlah Akses, menampilkan jumlah pengguna yang mengakses situs ini.

  8. Sejak, tanggal, dan jam upload resmi elisa.

  9. Komunitas Terbaru, List komunitas yang bergabung di komunitas e-Learning Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  10. User Terbaru, List user terbaru yang bergabung di komunitas e-Learning Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Universitas Brawijaya

URL : http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/

inherent.brawijaya.ac.id/vlm/adalah alamat e-Learning milik Universitas Brawijaya Malang, di sini tersedia beberapa menu seperti :

  1. About e-Learning, bercerita tentang e-Learning yang ada di Universitas Brawijaya Malang, sejarahnya, dan perkembangan yang dilakukan.

  2. Bantuan & Cara Penggunaan, untuk pengguna baru di sini disediakan cara-cara yang bisa dilakukan oleh pengguna baru.

  3. Join Brawijaya e-Learning Community, menu untuk bergabung dengan e-Learning Universitas Brawijaya.

  4. Kalender

  5. Pengumuman, di sini di-upload informasi penting yang berhubungan dengan Universitas Brawijaya Malang.

  6. Pengguna yang online, merekam jumlah pengguna yang menggunakan situs ini.

  7. Univ. Brawijaya, link yang tersambung ke situs resmi Universitas Brawijaya Malang.

  8. BITS, link yang terhubung ke halaman Brawijaya Information Technology Services yang digunakan untuk menunjang sistem belajar-mengajar di dalam lingkungan kampus Universitas Brawijaya Malang.

  9. News, link yang tersambung ke halaman berita terbaru pada situs resmi Universitas Brawijaya Malang.

Latar Belakang adanya Virtual Class di ITS

Latar Belakang adanya virtual class :

Sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, ITS terus mengembangkan diri untuk menjawab tuntutan pasar global atas pendidikan yang bermutu. Dengan mengacu program dari DIKTI yang memiliki tujuan untuk memeratakan mutu pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya program tersebut mendorong ITS untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan rekan sesama perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi di luar Jawa ataupun perguruan tinggi yang tergabung dalam perguruan tinggi di Jawa Timur. Idenya adalah dengan mengadakan virtual class sehingga semua mahasiswa di lingkungan intern ataupun di seluruh wilayah yang ada di Indonesia dapat mengikuti kuliah yang diselenggarakan di ITS. Penggagas virtual class di ITS ini dilakukan oleh bidang satu. Pembantu rektor 1 dan jajarannya dan Fakultas Teknologi Informasi ditunjuk sebagai unit untuk melakukan pengembangan virtual class.

Virtual Class pada Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak di Jurusan Sistem Informasi

Virtual Class ini diberikan ketika saya masih duduk di semester 4 (saat ini saya semester 7) pada saat kuliah Rekayasa Perangkat Lunak dengan dosen Bapak Khakim Ghozali. Dalam penerapannya, banyak pro dan kontra yang diberikan oleh mahasiswa terkait pelaksanaan virtual class ini. Untuk yang belum mengerti penerapan virtual class itu seperti apa, saya berikan sedikit gambaran :

Virtual class di ITS khususnya di FTIf (Fakultas Teknologi Informasi) menggunakan beberapa alat, yaitu :

  1. 2 buah kamera ( 1 di ruangan dosen dan 1 lagi di kelas ).
  2. Layar beserta LCD Proyektor.
  3. 2 buah Mic ( 1 di ruang dosen dan 1 lagi di kelas ).
  4. Pengawas di kelas yang diambilkan dari pegawai Tata Usaha.
  5. 2 buah Speaker ( 1 di ruang dosen dan 1 lagi di kelas ).
  6. 2 buah CPU ( 1 di kelas tanpa monitor dan 1 di ruang dosen dengan monitor ).
  7. 2 Buah Keyboard dan Mouse ( 1 di ruang kelas dan 1 di ruang dosen ).

 

Denah kelas TC 105 yang digunakan untuk pelaksanaan virtual class

Pelaksanaan :

Mahasiswa tetap menempati kelas dengan jadwal tertentu, tetapi interaksi antara mahasiswa dengan dosen dilakukan di tempat terpisah. Menurut penggagas ide virtual class ini, nantinya dosen tidak harus berada di ruang dosen tetapi dosen bisa melakukan kuliah dimana saja dengan syarat waktu kuliahnya tetap disepakati bersama dengan mahasiswanya.

Berikut ini rincian apa yang harus dilakukan Dosen dan Mahasiswa dalam sistem virtual class :

Yang dilakukan Dosen :

  • Pembukaan kelas disini dosen memberikan instruksi kepada mahasiswa untuk melakukan absen.
  • Penutupan kelas.
  • Presentasi dengan video streamming .
  • Upload dan download materi perkuliahan yang akan diberikan.
  • Membuat soal ujian, model soal diserahkan sepenuhnya kepada dosen pengajar.
  • Memeriksa jumlah mahasiswa yang hadir atau mengikuti virtual class ini.
  • Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa dengan menggunakan microphone atau lewat chatting.
  • Memberikan tugas yang menunjang materi yang dibawakan.
  • Diskusi melalui forum (optional).

Yang dilakukan Mahasiswa :

  • Absen secara Online menggunakan web yang disediakan.
  • Evaluasi dalam bentuk Online.
  • Berinteraksi dengan dosen secara audio visual dan atau menggunakan fasilitas chatting
  • Diskusi melalui forum (optional).

Suasana kelas TC 105 ketika pelaksanaan kuliah

Di bawah ini cuplikan berita yang diliput teman-teman dari majalah Gengsi di mana saya juga berperan serta dalam pengerjaan majalah tersebut, judul artikelnya adalah “Dengan Virtual Class, Kuliah Tambah Asyik”.

Menurut Khakim Ghozali, ketua Jurusan Sistem Informasi, awalnya di Jurusan Sistem Informasi (JSi) direncanakan ada lima mata kuliah yang akan menggunakan uji coba sistem virtual class. Namun, dalam perjalanannya hanya dua mata kuliah yang dilaksanakan dengan model ini, sedang yang lain tetap menggunakan model perkuliahan tradisional seperti biasanya. Hal ini terjadi, setelah diadakan pelatihan penggunaan sistem virtual class untuk dosen-dosen pengajar mata kuliah-mata kuliah tersebut. Ternyata menurut beberapa dosen untuk melaksanakan virtual class perlu adanya penyesuaian pola pembelajaran. Mulai dari mempersiapkan kelas, membuat materi untuk virtual class, keleluasaan dalam berinteraksi antara dosen dan mahasiswa, dan fasilitas untuk menjelaskan secara tertulis sebagaimana bila dosen menulis pada whiteboard. Kendala-kendala tersebut memang menjadi tantangan buat tim pengembang di FTIf untuk terus menyempurnakan sistem ini. Setiap minggu para dosen yang menggunakan uji coba sistem virtual class ini diminta untuk mengevaluasi. Hasilnya banyak yang mempermasalahkan speaker dan web cam yang dipasang karena sering suara dan video serta gaya dosen yang mengajar dari ruangannya tidak terdengar dengan jelas di dalam kelas atau sebaliknya.

“Bahkan pada kuliah pertama kali, sempat gagal! Jadi harus kembali mengajar secara tradisional lagi. Saat itu speaker yang ada di kelas sedang bermasalah. Namun, di pertemuan-pertemuan berikutnya mahasiswa terlihat antusias. Buktinya pada sesi tanya jawab banyak mahasiswa yang maju ke mic yang telah disediakan untuk bertanya. Rasanya semua Happy dengan sistem ini. Mahasiswa dapat mengerjakan soal sambil mendengarkan lagunya Westlife yang saya mainkan dari ruang saya dan sayapun bisa mengawasi mereka dari ruang saya sambil makan siang.” Terang Khakim Ghozali yang mengajar matakuliah Rekayasa Perangkat Lunak dengan metode virtual class.

Dan ini berita yang diambil dari versi mahasiswa, di mana saya juga menjadi nara sumber untuk berita ini, judulnya adalah “Kuliah Virtual Class, Banyak Lucunya”

Ndak cuma asyik loh, ikut kuliah dengan sistem virtual class. Malah rasanya banyak lucunya. Kejadiannya ketika GengSi Boys n GengSi Girls ngikuti mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak di ruang TC 105. Biasanya kalau kuliah ndak ada deh diantara mereka yang mau duduk di barisan terdepan, takut ditanya oleh dosen ketika diskusi. Eh… sekarang banyak juga yang pada berebut duduk di barisan terdepan. ”Soalnya wajah dosennya di layar kecil banget sih” kata Andre (Saya) yang terkenal aktif dalam diskusi di setiap mata kuliahnya. Namun ada juga beberapa GengSi Boys n GengSi Girls yang sengaja pilih duduknya di bagian belakang. “Kalau aku duduk di sini, pak Khakim bisa lihat aku ndak ya, soalnya ntar aku ada tes… aku mesti belajar dong!” kata Nike dengan sedikit takut-takut.

Dalam kuliah awalnya lancar-lancar saja, tetapi saat dibuka sesi tanya jawab Andre mengacungkan tangan kanannya dengan keadaan semua jari terbuka. Maksudnya dia ingin bertanya sesuatu. Tetapi Khakim Ghozali yang saat itu mengajar dari ruang kerjanya malah menganggapnya tidak ada pertanyaan. Gegerlah ruang kelas penuh gelak tawa “Bapak-bapak di sini ada yang mau bertanya, di 105 ada yang mau bertanya, Pak” teriak GengSi Boys n GengSi Girls dengan kompaknya sambil melambai-lambaikan tangan untuk memberi tanda. “Oh… ya sudah kalau ndak ada yang mau bertanya, saya akan lanjutkan” jawab Khakim sambil melanjutkan materi kuliahnya.

Di akhir kuliah, usut punya usut ternyata microphone yang digunakan di kelas sudah terputus beberapa menit yang lalu alias nggak nyambung dengan ruangan tempat Khakim berada “Wah capek deh kalau gitu… padahal saya udah pake gerakan aneh-aneh loh untuk mengisyaratkan kalau ada yang mau saya tanyakan. Tetapi tetap saja materi pun berlalu begitu saja tanpa adanya interaksi” keluh Andre GengSi Boys semester 4 ini.

Berikut komentar yang diberikan oleh Pak Arif Djunaidy mengenai virtual class yang dilaksanakan :

Virtual class sebaiknya memang untuk mata kuliah yang tidak memerlukan sebuah interaksi yang intensif, seperti mata kuliah-mata kuliah yang bersifat umum yang tidak memerlukan pemikiran yang sangat teknikal. Contohnya mata kuliah Bahasa Indonesia atau Pengantar Teknologi Informasi rasanya sangat cocok dengan virtual class. Tetapi kalau Bahasa Inggris misalnya masih memerlukan interaksi yang efektif agar dosen dapat mencermati dengan baik bagaimana mahasiswa berdiskusi, kecuali kalau memang sistem virtual class dibuat sedemikian rupa bahwa interaksi dosen dalam menjelaskan pokok bahasan itu bisa ditangkap dengan baik oleh mahasiswa”

Virtual Class pada Mata Kuliah Jaringan Komputer di Jurusan Teknik Informatika

Penerapan virtual class di mata kuliah ini sedikit berbeda dengan yang ada pada mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak, untuk Mata Kuliah Jaringan Komputer yang ada di Jurusan Teknik Informatika mahasiswa bisa melaksanakan kuliah dimana saja dengan beberapa ketentuan yang berlaku. Menggunakan aplikasi web based, yaitu vc.ncc.its-sby.edu sistem perkuliahan menjadi sangat menarik karena disediakan beberapa fitur yang bisa digunakan secara personal oleh masing-masing mahasiswa. Semua fitur yang disediakan bertujuan untuk membantu mahasiswa melakukan pengaturan terhadap mata kuliah yang diambil terutama mata kuliah yang menggunakan sistem virtual class ini.

Berikut ini tampilan dan penjelasan singkat dari tampilan sistem virtual class pada Mata Kuliah Jaringan Komputer :

Saya memberikan contoh login milik Retno Andjar Sari mahasiswi Teknik Informatika angkatan 2006.

Halaman pertama adalah halaman depan ( home ) ketika kita baru membuka alamat ini, terdapat sambutan yang berisi penjelasan dan latar belakang penggunaan virtual class untuk beberapa mata kuliah yang ada di Fakultas Teknologi Informasi.

Setelah login mahasiswa akan di berikan halaman awal, yaitu halaman CampusHomepage, terdapat beberapa menu di dalam tag ini, yaitu menu General yang berisi link untuk terhubung ke dalam forum lokal ( khusus mahasiswa FTIf ) dan menu User yang berisi link untuk terhubung ke dalam halaman Course Management.

Tag kedua adalah MyCourses, pada tag ini ditampilkan semua mata kuliah yang diambil mahasiswa/i. Mata kuliah yang ditampilkan hanya mata kuliah yang menggunakan sistem virtual class, kebetulan mahasiswi yang bersangkutan mengambil mata kuliah Jaringan Komputer dengan dosen pengajar Pak Muhammad Husni.

Tag ketiga adalah ModifyProfile, pada tag ini kita dapat mengganti informasi pribadi yaitu nama, NRP, email, telepon, foto, dan tulisan singkat mengenai kompetensi diri.

Tag keempat adalah MyAgenda, pada tag ini terdapat kalender yang bisa digunakan sebagai remainder dan personal assistant terutama yang berhubungan dengan jadwal dan deadline tugas mata kuliah dan kuis yang dilaksanakan oleh mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa/i.

Tag kelima adalah MyProgress, pada tag ini terdapat summary perkembangan mahasiswa/i. Perkembangan yang dimaksud di sini adalah perkembangan yang berhubungan dengan mata kuliah yang diambil dan menggunakan sistem virtual class sebagian bagian dari sistem pengajarannya.

Berikut ini adalah komentar dari Pak Husni terkait penerapan virtual class di FTIf yang saya ambil dari hasil wawancara dengan kru majalah GengSi ( termasuk saya ) :

Sekadar informasi, Pak Husni, ketika virtual class baru diperkenalkan, menjabat sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknologi Informasi – ITS. Beliau adalah Project Manager sistem virtual class ini.

Memang, saya hanya diberi waktu sekitar 2,5 bulan untuk mengembangkan virtual class sebelum diuji coba awal semester genap 2006/2007 ini. Alhamdulillah, hasilnya sudah bisa dirasakan, walaupun tentu ada kekurangan di sana-sini. Insya Allah terus akan kita kembangkan sampai semua bisa running well

Sisi Baik dan Buruk dari e-Learning

Sisi baik dari penggunaan e-Learning adalah mahasiswa dituntut menjadi lebih aktif dibandingkan pengajaran secara tradisional hal ini didasarkan bahwa penggunaan e-Learning yang diluar pengawasan langsung dari dosen pengajar, siswa dituntut lebih kreatif dalam menerima materi perkuliahan yang diberikan agar mereka dapat menanyakan atau memberikan tanggapan ketika dosen memberikan keterangan yang kurang jelas atau dapat memberikan tafsiran yang ambigu di dalam perkuliahan. Memberikan jalan menuju sistem belajar-mengajar yang berpusat pada siswa ( Student Learning Center ).

Sisi buruk dari penggunaan e-Learning adalah mahasiswa yang kurang bisa menerima kuliah secara aktif sulit di kontrol secara langsung, sehingga umpan balik yang diberikan oleh mahasiswa kepada sistem e-Learning ini bisa saja lebih didasarkan kepada subyektivitas dibandingkan keobyektivitasan penggunaan e-Learning itu sendiri. Karena menurut pengalaman saya ketika mengikuti kelas e-Learning ini, tidak sedikit mahasiswa yang tertidur atau pergi meninggalkan kelas karena mengalami kebosanan yang mungkin diakibatkan oleh “berat”nya materi yang diberikan oleh dosen, dengan penjelasan yang mungkin dirasa kurang memuaskan sehingga mengakibatkan mahasiswa tersebut menjadi malas untuk mengikuti kelas tersebut.

Kesimpulan

Penerapan e-Learning di Indonesia setidaknya harus memperhatikan kondisi mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai pilot project sebaiknya ditawarkan kepada mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi yang cukup tinggi. Mengapa demikian? Karena menurut saya dengan menerapkan pada mahasiswa golongan ini, maka dosen bisa melakukan riset terhadap kinerja dari penerapan e-Learning tersebut tanpa harus khawatir akan mengorbankan hasil evaluasi dari mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi yang “berbahaya” untuk mengikuti e-Learning ini. Dengan memberikan kelas e-Learning pada sebagian mahasiswa dan memberikan kelas tradisional untuk sebagian mahasiswa yang lainnya, dosen pengajar dapat mengevalusi secara paralel nilai yang dihasilkan oleh masing-masing mahasiswa, meningkatkan pola pengajaran sambil mengevaluasi kekurangan dari kelas e-Learning yang diujicobakan.

Ditinjau dari sisi budaya, sebenarnya mahasiswa kita masih belum siap untuk menerima perubahan.  Sebagian besar budaya belajar-mengajar di Indonesia masih bersifat TLC (Teacher Learning Center) di mana mahasiswa sangat bergantung pada kemampuan dosen membawakan materi sehingga selain memiliki kemampuan akademis yang bagus seorang dosen juga dituntut untuk bisa menjadi seorang motivator yang baik. Sedangkan sistem e-Learning ini menurut saya cocok diterapkan untuk budaya yang bersifat SLC (Student Learning Center) yang artinya mahasiswa harus aktif untuk mencari sendiri apa yang dia butuhkan dan berusaha untuk mengetahui sendiri apa kekurangan yang harus dia kejar. Untuk itu, apa yang perlu dilakukan? Tindakan yang realistis adalah dengan melakukan penerapan secara bertahap, memberikan kesempatan perguruan tinggi untuk melakukan riset, seperti yang dilakukan Bapak M. Husni yang masih menjalankan sistem virtual class hingga sekarang, dengan membiasakan mahasiswa belajar secara SLC ( Student Learning Center ), maka akan membuat perubahan ( secara bertahap ) pada pola belajar mahasiswa.

Dari sisi infrastruktur yang disediakan pemerintah sebenarnya sudah cukup baik, JARDIKNAS contohnya. Sistem inherent untuk pendidikan ini masih belum difungsikan dengan maksimal sehingga terkesan pemerintah hanya “mengikuti perkembangan jaman” tanpa tahu harus menggunakannya. Sebenarnya saya memiliki angan-angan bahwa tidak lama lagi seluruh jaringan kabel telekomunikasi yang kita gunakan akan menggunakan fiber optic seperti negara tetangga kita, yang bisa menyediakan bandwith yang cukup besar dengan biaya penggunaan yang hampir sama dengan yang ada di Indonesia ( bahkan lebih murah ).

Yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia. Realita yang ada adalah tidak semua tenaga pendidik baik ditingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi bisa menggunakan dan mengoperasikan barang-barang dengan teknologi terbaru, contoh paling gampang adalah komputer. Di Surabaya beberapa bulan yang lalu diadakan pelatihan menggunakan komputer untuk para guru SMA oleh Dinas Pendidikan Kodya Surabaya. Dalam prakteknya hampir 80% dari guru yang ada jarang menggunakan komputer. Pelatihan yang singkat tapi berkelanjutan sangatlah efektif diterapkan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang memiliki peran besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, siapa lagi kalau bukan Guru dan Dosen.

Solusi tegas apabila e-Learning diterapkan di Indonesia :

1. Sesuaikan materi yang dipakai untuk bahan ajar dengan sistem e-Learning, karena berdasarkan pengalaman e-Learning tidak bisa menggantikan kuliah konvensional, sehingga materi yang digunakan harus berbeda dengan materi yang digunakan untuk kuliah konvensional. Isi materi harus kreatif dan menarik sehingga menimbulkan minat mahasiswa untuk mengikuti materi tersebut.

2. Perbaiki infrastruktur koneksi Internet di Indonesia, penggunaan fiber optic untuk menggantikan coaxial cable sangat diharapkan tindak lanjutnya guna memberikan layanan koneksi Internet yang lebih baik untuk masyarakat. Apabila dirasa masih terlalu berat untuk diterapkan ada baiknya pemerintah memperhatikan dulu inherent untuk pendidikan (JARDIKNAS) karena menurut saya, sangat disayangkan apabila inherent tersebut belum bisa dipakai secara maksimal.

3. Perluas infrastruktur hingga ke daerah-daerah, akhir-akhir ini pemerintah menggalakkan internet masuk desa tapi tetap perhatikan point no. 2 yang diatas. Karena percuma saja walaupun jangkauan luas tapi koneksi masih tersendat-sendat atau bahkan mati total.

4. Memperbaiki budaya disiplin masyarakat terutama dalam hal kedisiplinan dalam proses belajar-mengajar, hakekat seorang siswa adalah menuntut ilmu sangat penting di dalam penerapan e-Learning apalagi di era globalisasi seperti sekarang, mahasiswa dituntut untuk lebih bersifat SLC ( Student Learning Center ) daripada TLC ( Teacher Learning Center ) dalam proses belajar mengajar, sehingga dengan penerapan e-Learning akan meningkatkan kualitas keilmuan siswa, bukan malah malas karena tidak diawasi dosen pengajar.

5. Mempermudah siswa untuk mendapatkan fasilitas yang mendukung, misalnya mencicil notebook, seperti yang dilakukan oleh ACER di kampus saya ( Institut Teknologi Sepuluh Nopember ) dengan memberikan kemudahan cicilan 200 ribu perbulan untuk mendapatkan notebook ACER.

6. Mengajak seluruh elemen yang berkepetingan ( terutama mahasiswa ) dengan cara yang baik, karena kebanyakan sifat mahasiswa yang resisten terhadap sesuatu yang baru dan bersifat “dipaksakan”. Alangkah baiknya pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yang bertahap bukan pendekatan yang bersifat spontan dan radikal. Pendekatan yang baik sangatlah penting, ketika pendekatan yang dilakukan benar dan bisa diterima maka akan memberikan pengaruh resisten yang kecil.

7. Diadakan pelatihan guna meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada. Karena selain infrastruktur yang didukung, sumber daya manusianya juga penting untuk ditingkatkan, adakan pelatihan singkat yang berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan Guru dan Dosen dalam menggunakan teknologi terbaru.

Akhir kata, marilah kita bersama-sama berusaha untuk berpikir positif dan terus mengembangkan diri tanpa perlu cemas pada batasan yang ada di depan kita, karena batasan itu sebenarnya hanyalah rasa takut yang ada pada diri kita sendiri. Semua ini demi kemajuan pendidikan di Indonesia! Majulah Terus Pendidikan Indonesia!

Parvian

88 Responses to “Penerapan e-Learning di Indonesia : Virtual Class di Fakultas Teknologi Informasi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya”

  1. PoLar'z Says:

    hmmm,,,,,

    e-learning ntu sebenarnya,,,,,,,,

    cukup potensial juga,,,,,cozz mahasiswa bisa lebih aktif lagi…..

    jadi mahasiswa tidak berdiam diri menunggu materi……

    namun juga Aktif menjemput,,,,,

    tapi,,,,

    kembali ke mahasiswa nya juga…….

    mungkin bisa dicoba pada ITS lagi,,,,,,(coz aq belum ngrasain……..T_T)

    tapi takutnya uncontrolled……

    yg penting jangan sampe pada kelas Kalkulus n Fisdas…….

    Ampun PAk……..!!!!!!!!

  2. sixteenager Says:

    hweh…

    ^_^

    aku baru tau loh mz… E-learning itu kayak gini…

    kira2 gimana ya mz,,kalo ALPRO juga dipakein metode E-learning ini?

    kan jadinya bisa ngetik langsung programnya…hehe…jadi ndak nyatet2 gt kalo di kelas (seperti biasanya ALPRO 1 ku kemaren)..hihi…

    mungkin…MUNGKIN bisa lebih gampang ngertinya…hehe…

    ganbatte ne..!

    vivat!

    ho ho ho.

  3. Asun Says:

    e-learning, konsep yang sudah lama ada tetapi aplikasinya yang masih tersendat. Jika konsep ini dapat benar-benar diterapkan dengan efektif, maka saya rasa akan banyak manfaat yang bisa diperoleh.

    beberapa hal yang menjadi perhatian saya,

    1. Definisi yang diberikan oleh Prof. Arif Djunaidy bukan merupakan suatu definisi, melainkan penjelasan lanjut akan e-learning serta aplikasinya.
    2. Menurut saya, sisi baik dan sisi buruk hanya berkutat pada disiplin mahasiswa dalam mengikuti kuliah. Alangkah baiknya jika menyangkut aspek-aspek yang lain seperti efisiensi waktu, daya serap mahasiswa akan materi, serta hal-hal yang lain yang patut dipertimbangkan dalam pelaksanaan e-learning ini.
    3. Menurut saya, isi artikel kurang dalam membahas e-learning. Yang ada hanya salah satu contoh aplikasi e-learning serta ilustrasi yang saya rasa cukup sederhana. Alangkah baiknya jika artikel lebih dalam mengupas tentang e-learning.
    4. Kenapa evaluasi hanya dilakukan pada mahasiswa yang ber-IP tinggi saja? saya rasa hal tersebut dapat menurunkan keakuratan evaluasi.

    Itu beberapa hal yang saya rasa kurang menurut kacamata saya(saya emang pake kacamata). Maaf jika ngawur-ngawur dan aga ngelantur.
    Semangat dan sukses buat penulisnya.

  4. lamwahher Says:

    Kalau boleh jujur, sebenarnya aku memutuskan untuk memilih jurusan SI ini salah satunya adalah ketika ada program E-learning itu.

    Ketika itu aku masih SMA kelas XII, ga tau siapa (mungkin anak SI dhewe) yang udah ngirim majalah GengSi (edisi I) ke perpus sekolah. Pas aku baca, wah ada yang menarik di SI nih! Ngajar pake kamera! Akhirnya aku memutuskan untuk memilih jurusan ini sebagai pilihan pertama.

    Tapi begitu masuk sini, ternyata e-learningnya sudah ga dijalankan lagi. Tanya sama salah seorang mahasiswa yang lebih berpengalaman (sebut saja BUNGA, GLODAK!), katanya sih karena pengadaannya yang emang agak ribet. So di-stop dulu.

    Aku sangat berharap kalau e-leraning ini lanjut lagi. Setuju sama commentnya Polar! Meskipun harus dibenahi sana-sini, aku janji belajar sungguh-sungguh kalau e- leraning itu beneran jadi diadain lagi (eh selama ini tetep belajar sungguh2 kok!)

    SEMANGAT!

  5. wardani05 Says:

    tentang e-Leaning di FTIf ITS,…

    yup, aq semester 4 kmrn jg ud ngrasain, pas kuLiah JarKom,..
    jadi maLah berat bgt mata kuLiah itu, suara dosennya dikelas gak jelas, slowmotion bgt,…

    blm lagi waktu itu komputer yg di TC-102 sering hang mendadak,…ngungsi dah ke kls yg Lain,..dpt kursi dibelakang jd ngrumpi am tmn2,..lha suara am gmbar gak jelas,..

    kL di terapkan di Luar negeri c bagus, krn semangat belajar hampir smua siswanya tinggi,..lha ndek sini gak gtu’e,..cm bbrp orang aj yg etos belajarnya tinggi 😀

    baru ngerti ttg materi setelah baca slidenya sendiri pas di Lab ato kost…

    kL aq se Lbh suka model kuLiah tradisional, lebih mantabbb….disiplin tinggi,..biar kl ada yg telat bisa dimarahin n gak blh ikut kelas am dosennya 😛

    Do The Best for FTIf ITS ^_^

  6. Ahmad Ali Haydhor Says:

    Kalau menurut saya sih, intinya adalah bagaimana materi yang disampaikan dosen itu nyampek ke mahasiswanya.
    Entah itu pake PC, pake TV kek , pake LCD atau pake apapun. Yang
    penting adalah materi tersampaikan dan mahasiswa yang diajar ngerti apa yang disampaikan.

    Sistem pengajaran ini diharapkan mampu menjadi penjembatan dosen yang mungkin berada di tempat yang jauh, mungkin lagi belajar di luar negeri, lagi mengerjakan proyek. Sehingga dengan adanya e-learning nggak akan ada lagi kuliah yang kosong dan digantikan di hari lain. Contoh yang diambil oleh penulis yang dosennya di lt2, sementara mahasiswanya di lantai 1 saya rasa kurang bernilai karena jarak yang diambil terlalu dekat. Tapi kalau hanya untuk uji coba seperti yang yang dicontohkan oleh andre parvian sah-sah saja. Alangkah bagusnya jika dosen yang mengajar lagi berada di kalimantan, di Jakarta atau mungkin di Hongkong. (pake satelit, fiber optik )heheheheheh

    Ada yang perlu digarisbawahi, proses belajar ini yang dikejar jangan hanya sisi teknologi-nya saja, perlu ada sisi lain yang dipertimbangkan. Misalnya si Bejo yang kuliah di jurusan SI dengan bangga ngomong “Saya lho kuliahnya pake E-learning make WIFI, pake speaker yang bergelagar,pake webcam yang resolusinya 200 Mb pixel, gambarnya kinclong, top deh keren abis, pake koneksi fiber optik 20 Gbs”, tapi begitu ditanya kamu ngerti nggak apa yang disampaikan dosenmu? si bejo njawab:”Lha wong saya tidur waktu ada materi,khan dosennya nggak ada di tempat,bisa sembunyi sih!!!”.
    Intinya adalah bagaimana pelajaran itu bisa diserap oleh mahasiswa
    Perlu ada sesuatu yang membuat e-learning ini menarik dan menjadikan mahasiswa aktif dalam proses belajar.Nah inilah yang harus dicari dalam menerapkan e-learning dalam bangku kuliah.

  7. dr Says:

    penerapan VC ini bisa jadi pisau bermata dua. kalo pada pengembangannya kedepan berhasil menemuka metode IMK yang bener-bener baik, maka VC mampu menggantikan peran dosen dikelas. kalo nggak ya… titip absen aja yuk :mrgreen:

  8. D.N.A. Says:

    Wah, sayang sekali penerapan e-learning macam virtual class tidak diadakan semasa tahun ajaran kemarin. (Pengen nyoba neh maksudnya..) 😀
    Hmm, saya akan mencoba memberikan opini tentang topik yang dibahas saja ya. Mengingat teknologi sekarang sudah maju, tentu tak ada salahnya bagi kita untuk menggunakannya. Apalagi untuk proses yang amat besar manfaatnya seperti proses belajar mengajar. Melihat kelebihan dan kekurangan pada e-learning, nampaknya kita jangan hanya terfokus pada kegiatan kuliah. Konsultasi atau asistensi menggunakan e-learning rasa-rasanya lebih memungkinkan untuk digalakkan. Meski bukan proses belajar mengajar yang utama, namun toh ini tetap proses belajar mengajar. Dengan digalakkannya hal-hal macam ini, mahasiswa pastilah semakin kaya akan pengetahuan.

  9. anya Says:

    IMHO, e-learning bagusnya kalo dosennya lagi ga di surabaya.jadinya masih bisa ngajar walopun ga di surabaya.
    kekurangannya kayanya mahasiswa ga gitu ngerti apa yang disampein dosennya, apalagi kalo koneksinya putus2 gt. ud gitu butuh biaya gede buat beli peralatannya.

  10. nury Says:

    VC….
    hm…. semester kemaren pernah ngerasain waktu kuliah IMK
    dan hasilnya jauh lebih baik kalo berinteraksi langsung dengan dosennya.
    Dosennya ada aja anak2 tetep ribut palagi g ada dah ribut ditambah keliaran kmana2 lagi.
    VC…
    Mang bagus sih tapi mungkin karena kurang kesadaran dari mahasiswanya sendiri kali ya gitu deh hasilnya jadi gak optimal.

  11. ruktin Says:

    sepetinya lom cocok deh klo diterpain di kampus kita. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kurang efektif soalnya… 🙂

  12. McD Says:

    kalau menurut saya,
    konsep e-learning bagus juga, memang sii mahasiswa bisa lebih aktif karena dengan pengajarannya kan menggunakan speaker, biasanya speaker ada yang gak jelas…
    nah mungkin ada mahasiswa yang rada budeg jadi bisa sering2 nanya… :p

    sebaiknya kalo emang e-learning dilaksanakan, segala sesuatunya juga harus disiapkan, misalnya hardwarenya sampe persediaan listrik…
    gimana kalo misalnya pas proses pembelajaran, ada pemadaman listrik. tentu saja proses pengajaran akan terhambat..
    naahh.. dari pengalaman taon lalu listrik kampus sering matiii.. huhuhu.. tp skarang uda egak..! wkwkwk..
    mudah2an aja egak sampe aku lulus.. eheh

    saya kurang setuju kalo e-learning ditujukan untuk mahasiswa yang memiliki IPK tinggi,, rasanya kurang adil saja.. saya ingin tau knapa begitu alasannya?

    heheh..

    oke deh.. maaf komentnya rada nglantur.

  13. ka_liena Says:

    hmmm….aq tau e-learning jga gra2 baca majalah gengsi yang dikasih pas daftar ulang. waktu itu jadi penasaran banget pengen ngrasainnya waktu kuliah. yang ku maksud kuliah tapi dosene ngajar di ruangan.tapi ternyata setelah dua semester terlewati blum ngrasain juga.
    yah…mungkin emang bener c banyak kelemahan dalam penerapan e-learning, pa lagi klo alatnya rada error. pasti ntar kuliahnya tambah brabe.

  14. Ree_ren Says:

    Assalmualaikum Wr.Wb.

    Ehmmmm……….
    Sbnrnya aq blm tw pzt e-learning ntu co2k diterapin ato G cozq khan belum pernah cb…
    Tp mnrtQ jgn dtrpkn dl dech coz kalo dosen G lgsg dklz dikhawatirkn G efektif…
    G efektifnya ntu coz ditakutkan tmn2 rame jadi tmbh G mudeng ma pljrannya & rznya kalo dosen G jelasin lgsg dipapan tulis rsnya krg afdhol…
    Hehehehhehehe……..

    Tp kalo misal emank mw dtrpkn yaw kalo bs jgn smw mt klh dibt gt tktnya G brjln sesuai keinginan & br kt diberi wkt u/ menyesuaikan lg dg sistem pembelajaran yg br….

    Sekian&Trm ksh..
    Assalamualaikum Wr.Wb.

  15. poppota Says:

    er….
    pada dasarnya, konsep e-learning di mana mahasiswa ngga perlu berinteraksi langsung sama dosen, cukup seru jjuga..
    bayangkan, kita ngga perlu berhadapan langsung dengan para dosen.. dan akan lebih asyik lagi, kalo pake konsep mahasiswanya nggak perlu ngumpul di kelas.. bisa di warnet, di lpsi, di sampoerna corner, rektorat, ruang baca, di kosan, di rumah,, yang penting online… wekekekk kan asik bisa kuliah sambil chatting, browsing, fs-an… :3

    tapi… kalo bener2 konsep e-learning dan v-class ini diterapkan, maka yang pertama diperhatikan adalah tanggung jawab moral dari berbagai pihak untuk benar2 melaksanakan dengan baek..
    mahasiswa yang kudu sadar buat nyari ilmu, dosen yang harus bisa mengendalikan situasi tanpa berada di TKP, dan juga semua fasilitas yang mendukung, harus bener2 memadai…
    kalo nggak, kayaknya sistem berjudul e-learning cuma akan jadi mimpi tok…

    so,,kesimpulannya… ?_?

  16. RhyzKa Says:

    assalamualaikum…^^

    hmm,,,e-Learning.

    mnurut aqu, penerapan virtual class sbnernya bagus juga, secara aq juga pngen ngrasin gmn rasnya d ajar dengan pengajran virtual class.
    tapi mnurut ku,klu dlyat sepintas, pengajaran virtual class krang efektif, soalnya dengan virtual class rasanya ko kurang puas yak, kurang jelas,,hal itu mngkin d karenakan, qt ndak bs berinteraksi dngn dosen.

    itupun klo alat atau sarana yang kita gunakan dalm kondisi baik, lah klu trtnya sering trjadi hank, kyak speaker ndak jels, wjah dosen kurang klytn,trs suara kresek2, gmn??

    kuliah malah kurang efektif. tapi hal itu tergantung mahasiswa yang nanggepin jg. klu mhasiswany emank niat bner dngerin pnjelasn dosen ya nurut aq itu fine2 ajah, tapi klu ud gag konsen, malah d tinggal tidur, d tinggal ngobrol, malh bs2 d tinggalkeluar juga. cz ndak ad dosennya,ndak ad yang ngntrol, dosennya klytan aja qt msh sering rame ndiri, gmn klu dosennya scra vurtual,,,

    lah kyak gt penangananya gmn?

    sbnernya enk juga c vrtual class, qt bisa nglakuin kuliah dngn ndak perlu ribet, tapi ya gt kekuranganya…

    hwehee,,,itu mnrut saia,,monggo d tanggepi..

    mAAph, klu ad yang tdak brkenan,,maaacHi ^______^

    walaikumsalam…

  17. Wiwik Anggraeni M.Kom Says:

    Dilihat dari sisi mata kuliah yang saya ajarkan, yang lebih kearah eksak, sebenarnya saya kurang nyaman menggunakan e-learning. Berdasarkan pengalaman mengajar kelas Manajemen Sains menggunakan virtual class ini, persentasi materi yang diserap oleh mahasiswa sangat kurang. Beberapa kendala yang bisa saya catat adalah :
    1.Kurangnya komunikasi dan interaksi dengan mahasiswa secara langsung
    2.Kurang nyaman dari sisi fasilitas
    Keuntungan menggunakan sistem ini menurut saya adalah dapat mengajar tanpa dibatasi jumlah mahasiswa, sekali mengajar bisa langsung dua kelas.
    Harapan kedepannya apabila sistem ini dipakai, lebih diperhatikan masalah infrastruktur. Mengajar dengan metode virtual class memang menyenangkan. Tetapi apabila gangguan teknis dalam penyampaiannya masih sangat besar, Misalnya koneksi internet yang sering putus atau mic yang digunakan di kelas mati, saya rasa perlu ditinjau ulang, karena gangguan tersebut dapat mengakibatkan tidak kondusifnya suasana belajar-mengajar.

  18. Mahendrawathi ER, Phd Says:

    Saya pernah mengadakan e-learning untuk mata kuliah Supply Chain Management dan mata kuliah Pemodelan dan Simulasi, tetapi banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan e-learning ini yaitu :
    1.Aplikasi yang dipakai agak sulit digunakan, kurang user friendlylah…
    2.Mahasiswa kurang bersemangat dalam mengikuti
    Dari kendala tersebut sebenarnya agak aneh kalau mahasiswa kurang bersemangat, ambil contoh facebook dan friendster dimana mahasiswa sangat bersemangat sekali, dan saya rasa hampir semua mahasiswa memiliki account di friendster.
    Dilain sisi keuntungan menggunakan e-learning untuk membantu sistem pengajaran, membantu saya untuk men-submit tugas-tugas, sebagai media untuk sharing dan diskusi yang mungkin kurang bisa dilakukan di kelas.
    Harapan saya kedepan, sistem e-learning ini digunakan sebagai optional saja karena menurut saya akan sangat sulit untuk menggantikan kelas tradisional. Kalau misalnya dibuat full e-learning terus apa bedanya sama sekolah terbuka? Dan apabila akan diterapkan sistem e-learning di Indonesia sebaiknya juga memperhatikan infrastruktur yang memadai, misalnya akses internet yang cepat dengan distorsi yang minim.

  19. debora Says:

    kurang sreg tuh…

    soalnya jd tmbh susah interaksinya.

    pa karna g biasa aja y???

    blum pernah ngrasain sih…

  20. anggoro Says:

    bagus lah….

  21. adee Says:

    virtual learning,,

    hmm..
    blm sempet ngerasain sih.. tpi antusias klo dsuru ngerasain..

    jujur, aq gak seberapa setuju sama e-learning..
    knp? karena penerapan e-learning dibutuhkan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol diri sendiri alias gak ngomong sendiri pas kuliah…
    bisa bayangin kan, waktu dosen ADA dikelas aja mahasiswa bisa ngoceh sendiri2, apalagi klo dosennya gak ada… wiih.. bisa2 kelas jadi kayak pasar klo mahasiswanya pada egois2 ngobrol sendiri2 (walopun ngobrolnya itu diskusi ttg materi kuliah) karena saya dan banyak teman2 saya merasa TERGANGGU dengan adanya oknum tidak bertanggung jawab tersebut.. karena RIBUT, mengganggu konsentrasi..

    sarana yang dibutuhkan jg gak murah bagi kebanyakan universitas..

    belum lagi klo ada tangan2 jahil yg ngerusak fasilitas yg udah disediain..

    singkatnya, penerapan virtual class sepertinya harus dikaji ulang lagi..

    1. gmn caranya dosen ngasi materi yg asik bwt dicerna, bahakan untuk materi yg sebenernya berat tapi bisa kerasa fun di mata mahasiswa…
    bisa dibayangin dong klo materinya mbosenin, bisa2 dosennya cuap2 sendiri trus mahasiswanya pada tidur ato maenan sendiri.. gak lucu bgt kan..
    2. gmn caranya numbuhin rasa tanggung jawab pada mahasiswa, supaya punya kesadaran, klo belajar ya belajar, jangan ngomong dewe kyk pasar…
    3. gimana caranya menuhin sarana dan prasarana yg dibutuhin… dan melindunginya dari tangan2 jahil.. karena kebanyakan yg saya lihat mahasiswa jauh lebih pinter bwt ngakalin aturan2 yg ada..

    sekian dan terima kasih.. 🙂

  22. khe' Says:

    virtual class kyanya si seru jg,,

    yg ditanyain apa bner virtual class tu bisa sama efektifnya dgn kelas tradisional?

    klo aq rasa,,virtual class ngga bs dipake bwt smwa mata kuliah,,soalnya bwt mata kuliah itung2an pazti dijamin bribet bgd klo pake virtual class..masalahnya yg ktemu face 2 face aj dah bribet pa lg klo g ktemu lgsg,,yg ada malah kuliahnya jd g efektif..muridnya dpt E smwa..kacau kn..

    klo bwt mata kuliah yg non eksak spertinya ok jg klo pake virtual class..pengen nyoba si,,soalnya aq ndiri jg blom pna ngarsain..

    tp tu smwa dibalikin lg ke manusianya jg.iya klo mahasiswanya pd excited,,pzti kuliahnya jd interaktif.tp klo mahasiswanya pada malez2,,yg ada malah sia2..kuliah jd g fokus dn g mmbawa manfaat..selain itu,,virtual class jg haruz sangat memperhatikan hal2 teknis,,gara2 masalah teknis kuliah bisa jd g brjalan lncr dn g sesuai harapan..

    jd mnurutQ kuliah e-learning bukan suatu hal yg mdh karna bnyk aspek yg harus bner2 disiapkan secara matang biar kuliahnya g sia2..butuh effort yg lebih gede bwt para dosen dalam mmpersiapkan materi kuliah agar lbh mudah dipahami walopun g ktemu lgsg serta komitmen dr mahasiswanya untuk mnjalani kuliah dgn baik.selain itu jg dibutuhkan kesiapan fasilitas yg digunakan biar kuliahnya ok,,yah,,much more cost lah..hwhw..

  23. galih p Says:

    kita coba saja e-learning terlebih dahulu,jika e-learning berdampak negatif dengan terpaksa dihentikan

  24. Mudjahidin M.T Says:

    Menurut saya, penerapan e-learning tidak bisa secara penuh menggantikan kelas tradisional, walaupun banyak keuntungan yang bisa di dapatkan dari sistem tersebut. Keuntungan yang bisa didapat misalnya koordinasi tugas dengan mahasiswa menjadi lebih mudah karena dimanapun dan kapanpun mahasiswa bisa mengambil tugas yang diberikan, dengan e-learning dosen dan mahasiswa tidak dibatasi oleh waktu dan tempat untuk mengadakan perkuliahan.
    Harapan saya kedepan apabila sistem ini diterapkan di Indonesia adalah perlunya kedisiplinan dari Dosen dan Mahasiswa untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan bersama, karena setahu saya sistem ini pernah diterapkan ITS untuk karyawan caltex, dimana ketika itu kuliah untuk karyawan dibagi menjadi tiga wilayah yang berjauhan tempatnya, kendala yang harus dihadapi adalah kendala geografis karena itu digunakanlah sistem long distance learning. Saya mengamati keberhasilan sistem tersebut dikarenakan kedisiplinan dari karyawan yang cukup tinggi, sehingga dosen tidak perlu melakukan pengawasan secara penuh terhadap mahasiswanya.

  25. aghita Says:

    assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh,,

    Bismillahirrohmaanirrohim,,,
    E-Learning..suatu istilah yg tidak asing bagi saya. dan aplikasinya(menurut bberapa comment diatas) telah ada di jurusan Sistem Informasi kita tercintah yaitu Virtual Class. tapi sayangnya selama saya menuntut ilmu di SI belum pernah merasakan Virtual Class itu sendiri-.-”
    jadi kalo saya disuruh comment,,agak susah juga pak. takut tidak bisa objektif dalam memberikan comment tentang E-learning itu sendri.tapi saya tidak menyerah,setelah saya ngubek2 mbah google akhirnya saya menemukan beberapa definisi dari E-learnig (^_^). ini hasil googling saya :
    “Electronic learning (or e-Learning or eLearning) is a type of education where the medium of instruction is computer technology.”(wikipedia.org)
    sekarang mulai mudeng saya dengan E-learning dan tetek bengeknya. ya benar sekali kalo implementasi dari E-learning telah diuji coba di Jurusan Sistem Informasi. tepatnya setahun yang lalu, dan sayangnya saya tidak berkesempatan menikmati KBK model seperti itu. tapi setelah saya melihat terhentinya sistem virtual class setelah berjalan 1 semester pada beberapa mata kuliah, saya mempunyai kesan bahwa virtual class tidak lebih baik diimplementasikan di JSI. bukan karena kesan belaka,tapi terbukti dosennya juga berpendapat sama. Virtual Class tidak efektif diterapkan di JSI dengan berbagai macam pertimbangan yg sudah diungkapkan oleh Ibu Wiwik dan Ibu Mahendra diatas. sudah barang tentu kedua dosen yang cantik itu lebih mengetahui dan paham dari pada saya,,mengapa virtual class dianggap tidak berhasil menjadikan KBK berjalan lebih baik dari pada metode tradisional di kelas. menurut saya sendiri,hal tersebut dikarenakan setiap elemen di dalam KBK itu sendri belum siap. bisa jadi mahasiswa,tenaga pengajar ataupun tools yang digunakan. karena bagaimanapun juga manusia itu berperilaku berdasarkan pattern/pola tertentu,yg apabila sudah terbiasa menggunakan suatu metode tertentu akan sulit untuk menggunakan metode baru apalagi yg jauh berbeda padahal suatu metode itu blm tentu “saklek” hrs digunakan.nah,,apa yang dilakukan JSI dengan penerapan KBK metode Virtual Class sebagai pengganti metode tradisional inilah yg bsa disebut dgn pengubahan pattern atau pola yg telah terbentuk.bila dicermati penerapan suatu metode atau sistem baru yg melibatkan manusia adalah sesuatu hal yg tidak mudah mengingat pola berpikir tiap manusia itu beragam. lagi-lagi saya katakan,mungkin karena inilah metode Virtual Class blm berhasil diterapkan di JSI. padahal kalo dipertimbangkan,metode Virtual Class ini sangat mempunyai prospek bagus bila berhasil diterapkan karena kita dapat belajar/kuliah tanpa mengenal batas ruang dan waktu. bahkan insyaAllah kita dapat mendapatkan materi perkuliahan dari universitas lain.lalu bagaimana caranya untuk merealisasikan keberhasilan virtual class..?wah,ini yang saya belum bisa jawab pak.maklum ilmu saya belum mumpuni sampai ke arah sana,yg jelas lagi2 butuh pertimbangan dan persiapan yg matang. dan saya pernah baca sebuah artikel tentang cyber university dimana KBK nya berbasis e-learning jadi mulai dari class,perpustakaan pun juga virtual dgn mengandalkan ebook. wah..kalo dipikir bila virtual class ini benar2 teralisasi dengan baik maka kampus perjuangan kita ITS mungkin lambat laun akan menjadi Cyber University juga ya pak?^^
    tapi dalam lubuk hati yang paling dalam,saya belum sepenuhnya setuju dengan diterapkannya metode Virtual class sendiri.karena sedikit banyak semangat belajar mahasiswa juga bergantung dari cara dosen mengajar. tidak hanya dapat didengar dan dilihat wajah nya saja lewat media camera dan speaker tapi segala bentuk bahasa tubuh pun juga mempengaruhi penyampaian informasi. lagi-lagi teknik komunikasi juga masuk di dlamnya,kelemahan virtual class disini pun diungkap.dimana dosen tidak dapat menyampaikan aspirasi dan informasi secara tepat bila tidak face to face dengan mahasiswanya.tidak jauh2, dapat diambil contoh adalah dosen kita Ibu Mahendrawati yang sangat atraktif dan enerjik saat mengajar begitu juga saat menyampaikan materi. sungguh sangat disayangkan apabila dosen seperti beliau hanya dapat dilihat wajahnya melalui camera dan didengar suaranya melalui speaker.bagaimanapun teori komunikasi juga wajib dipertimbangkan disini,sebuah kehangatan komunikasi dan keakraban interaksi dosen-mahasiswa hanya dapat diciptakan melalui metode KBK tradisional di kelas. bukan sedikit tapi banyak sekali sesuatu yg hilang bila metode e-learning diterapkan. e-learning dan segala kelebihannya,mungkin akan mampu mencetak SDM yg berkualitas dan kompeten tetapi bagaimana dengan dampaknya? bila individualitas semakin meningkat,kepedulian semakin menipis,dan keakraban semakin memudar?well,let’s think again..^^
    dan orang yg pintar itu banyak, tetapi orang baik itu sedikit..^_^
    “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS 2:148)

    sekian pendapat dari saya pak,,kurang lebihnya saya sampaikan maaf sebesar besarnya.wallahu a’lam bishshowab.
    wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

  26. Ulpe Says:

    hhmmm… e-learning itu perlu kesiapan dari 2 pihak. dari universitas dan dari mahasiswa. kalo universitas uda commit maw ngadain e-learning ex : VC, sgala keperluan teknis harus yang bener” bagus dong. masa sampe ada beberapa deret bangku yang gak bisa diliat dari kamera, tu kan berarti kameranya kurang oke. jangan dijadiin ajang bwat coba” doang. kan sayang, beli kamera ma speaker mahal”, eh ujung” nya malah gak kepake.
    Kedua, mahasiswanya juga perlu di reaserch, dirasa udah siap nggak bwat ngikutin e-learning. kalo mahasiswanya masi pada suka ta atw tidur di kelas,eheemm…mending jangan dulu deh, jadinya malah smakin nggak efektif entar. segituw komenkuw mas…

  27. anta40 Says:

    Kalau menurut saya pribadi, e-learning di Indonesia belum bisa dilakukan 100%.
    Pelajaran eksak, misal matematik atau algoritma lebih baik diajarkan di kelas konvensional.
    Jadi, dosen bisa lebih leluasa membaca situasi kelas.

    Mungkin lain halnya dengan pelajaran yg lebih berfokus ke konsep abstrak …

  28. wika Says:

    Mas andre yang pinter.

    E learning adalah istilah yang tidak asing bagi saya. Banyak definisi terkait dengan e learning. Akan tetapi saya tidak sependapat dengan definisi yang mas andre berikan.Menurut definisi yang mas andre buat bahwa e lerning adalah metode belajar mengajar yang mengunakan sarana elektronik sebagai media pendukungnya (tidak hanya internet) nantinya akan mengaburkan definisi dan metode e learning yang sebenarnya.Saya masih ingat pada saat saya kuliah di fakultas kedokteran universitas sebelas maret solo pada tahun 1983, saya mendapatkan metode belajar mengajar dengan menggunakan audio visual, yaitu pemberian dan pembelajaran materi dengan menggunakan video recorder dengan casete beta max. Jika mengacu pada definisi yang mas andre buat, berarti apa yang saya alami saat masih kuliah dulu adalah juga metode e learning, padahal pada saat itu apa yang dinamakan internet atau dunia maya belum merambah Indonesia. Mangacu pada pengalaman dan literatur yang saya baca, saya lebih sependapat kalau e learning didefinisikan sebagai metode belajar mengajaryang menggunakan sarana elektonik yang bersifat virtual sebagai media pendukungnya. Dengan definisi ini akan jelas bahwa e learning akan memanfaatkan tehnologi dunia maya dalam proses belajar mengajar.Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa tidak semua bidang ilmu/mata kuliah atau pelajaran akan dapat menggunakan metode ini, terutama bidang ilmu yang memerlukan praktik dan pembimbingan lansung dari tenaga pendidik.Jadi sebenarnya metode ini tidak akan dapat digeneralisasikan pada semua tahap proses belajar mengajar. Mohon betul-betul dikaji secara arif dan bijaksana apabila metode ini akan diterapkan dalam sistem belajar mengajar di dunia pendidikan indonesia, sebab metode belajar mengajar klasik dengan bertatap muka langsung dengan tenaga pengajar masih sangat relefan diterapkan karena selain ada interaksi langsung dua arah secara alamiah antara tenaga pengajar dan objek yang diajar ada faktor psikologis dari objek yang diajar terhadap pengajar yang tentunya tidak akan didapatkan pada e learning. Selamt meneliti mas andre. Salam, dr wiweka

  29. Arif Wibisono Says:

    Beberapa point penting tentang penerapan e-learning di ITS :

    1. ITS sudah punya open content, oc.its.ac.id tidak jalan paling tidak difakultas FTIf.
    2. elearning yang dibuat oleh dosen SI juga tidak jalan.

    Kenapa tidak jalan?

    1. egoisme sektoral.
    2. kurang sosialisasi, sosialisasi hanya sebatas seminar dan tidak ada pendampingan apalagi insentif ( upload harusnya ditambah gajinya ).

    Tidak ada masalah apabila sistem e-learning dan sistem kuliah tradisional dijalankan secara paralel, tetapi konten kuliah lebih dibenahi terlebih dahulu, termasuk di dalamnya metode evaluasi.

    Sesungguhnya di SI masih lebih baik dari beberapa jurusan yang lain, untuk beberapa kasus. Ada dosen dari jurusan lain ngambil materi kuliah dari local repository yang ada di SI. Faktor kepercayaan dari masyarakat terhadap sistem yang baru, apakah bisa jalan dengan baik? Atau malah menimbulkan masalah di kemudian hari.

    Harapan ke depan untuk penerapan e-learning, sebaiknya mengajak beberapa jurusan untuk mengikuti dulu sebagai percontohan dan dikembangkan secara incremental, dari sisi infrastruktur sudah baik. Sudah tepat dan sudah waktunya mahasiswa diberi kemudahan untuk memiliki alat pendukung seperti laptop. Tapi sasarannya harus tepat, yang diutamakan mungkin dari kalangan mahasiswa terlebih dahulu.

  30. phietzaa Says:

    Assalamualaikum wr.wb.

    E-learning…pengertian di atas sudah cukup menjelaskan tentang apa itu e-learning. Sebenarnya saya juga tidak pernah merasakan pelaksanaan e-learning yang benar-benar e-learning. Apalagi waktu masuk SI, e-learning tidak dilaksanakan di semester saya. Namun, hakekatnya e-learning itu tidak harus menggunakan alat-alat yang disebutkan di atas dan tidak harus no live face. Jadi, kegiatan belajar mengajar yang dianggap konvensional atau tradisional selama ini adalah penjajakan pelaksanaan e-learning walau tidak 100% atau bisa disebut bukan e-learning sesungguhnya, mengambil kutipan dari pernyataan Pak Arif Djunaedi ,”e-Learning bisa menggunakan teknologi apapun untuk berinteraksi”. (muter2 ae…:D )

    Pada waktu mengikuti lomba karya tulis ilmiah, saya juga pernah menerima banyak materi tentang metode belajar yang baik untuk siswa. Termasuk metode e-learning ini. Saya juga setuju dengan pendapat-pendapat di atas yang menyatakan bahwa pelaksanaan e-learning ini membutuhkan persiapan dalam beberapa hal, baik mahasiswa, pengajar, dan peralatan yang akan digunakan. E-learning tidak dapat sembarangan diterapkan mengingat keadaan setiap individu juga berbeda. Menanggapi pernyataan-pernyataan di atas tentang ketidaksiapan mahasiswa, itu memang tergantung dari mahasiswanya. Namun, di lain sisi kita tidak dapat mengabaikan hal tersebut. Keberhasilan suatu sistem ditentukan oleh semua komponen di dalamnya. Jadi, penerapan untuk siswa berprestasi saja itu tidak cukup. Kalau tujuannya adalah untuk evaluasi tentang pelaksanaan e-learning, itu malah akan mengurangi akurasi apabila tidak ada kejelasan tentang sampel yang digunakan dalam penerapan.

    Menurut saya, pelaksanaan e-learning memang tidak dapat dilakukan 100% langsung. Dibutuhkan penyesuaian, tetapi penyesuaian itu juga perlu ada batasnya. Seseorang yang ingin berkembang, harus memiliki kesiapan untuk segala halnya. Tidak dapat menghilangkan kebiasaan mengajar tradisional. Perlu perubahan sedikit demi sedikit yang berkesinambungan. Namun, saya juga mendukung kalau e-learning ini diterapkan untuk mata kuliah yang memang tidak membutuhkan banyak interaksi. Jadi, kendala-kendala masalah kedisiplinan dan sejenisnya dapat teratasi. Namun, ada kendala lagi…apakah infrastruktur, seperti yang dikatakan Bu Mahe, sudah disiapkan?
    *bahasa anak muda mode on
    percuma az klo mahasiswa + dosen siap, tapi peralatan kaga’ ada. Cape d…. :p
    bayangin maen perang-perangan az sama zombie :)) –g nyambung

    Info tambahan:
    pasti udah pada survei tentang penerapan e-learning di universitas laen kan????
    ContohX az UGM…yang memfokuskan eLisa untuk kuliah jarak jauh… hm…tapi bener juga kata Mba’ agitha, interaksi sosial akan semakin jarang dilakukan. Semua pada mandeng kompi yang kotak ato hape buat chatting. Ato ntr bisa MINUS smua tuh mata…hehe…bener2 harus dipikir ulang.

    Hehe…maap om…kepanjangan ngasih commentX. G pa2 ya. Kurang lebihnya mohon maaf.
    Wassalamualaikum wr.wb

  31. m3 Says:

    mm,….

    menurut saia, e-learning tu sesuatu yang bagus.
    spt penjelasan di atas, mahasiswa bisa lebih aktif, nggak bosen, dll….

    tapi, ada kekurangannya….
    seperti juga yang udah ditulis di atas,
    yaitu mahasiswa memiliki kesempatan lebih besar untuk bolos
    ataupun bersantai-santai di kelas (tdk memperhatikan)…..

    sehingga, biarpun sebenarnya konsep ini bagus
    tapi klo kesadaran mahasiswanya rendah, ya….. sama ja

    oleh karena itu, harus dibarengi dengan pendisiplinan mahasiswanya juga
    sehingga mahasiswa itu sadar betapa pentingnya hadir, memperhatikan, dll…
    bukan sekedar TA ja……….

    mm, akhir kata maaf kalo da kaat2 yang salah
    terimakasih.

  32. sanny Says:

    ada 2 kegunaan penting dari sistem ini. 1) untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas (mis: virtual class) 2) untuk pembagian tugas dan materi (mis: e-learning via web), termasuk diskusi diluar kelas

    untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas, sistem ini emang kurang tepat kalo diterapkan ke semua mata kuliah, apalagi matkul yang bersifat teknis atau matematis, yang butuh interaksi cepat. Jadi sekalipun fasilitas dan mental mahasiswa siap, ttp saja pihak kampus hrs benar” memperhitungkan keuntungan dan resiko nya. Bagaimanapun, sentuhan emotional secara langsung (face to face) itu ttp aja beda 🙂

    untuk pembagian tugas dan materi, semua matkul bisa menggunakan ini (dgn asumsi fasilitas memadai). selama sistem web yg diterapkan itu memang handal, seharusnya hal ini bisa lebih mudah diterapkan. untuk persoalan gmn supaya mhs tertarik mengakses web e-learning, saya rasa itu tergantung kreatifitas dan kebijakan peraturan pengelola e-learning. Bagaimanapun, web ini jg butuh promosi. kalo para mhs ga tahu keberadaan web ini, trus siapa yg mo akses?

    overall, maju terus pendidikan INDONESIA !!!

  33. wong ganteng Says:

    hmm.. gini ya, gampang aja,

    kalo masalah pada virtual class yang suara “kresek2” ato gambar yang “pedat – pedot” itu mah masalah infrastruktur deh… coba pake yang canggihan dikit mantap jleb asoy paling. heheheheh CMIIW..

    tapi yang patut diperhatikan bahwa apapun bentuknya, e-learning, mengencourage (bener gak yo aku nulise ??) para siswa untuk belajar mandiri !!!!!,

    maka kalau ini diterapkan pada lingkungan di mana mahasiswa seneng banget mewakilkan kehadirannya di kelas (mbolos) => mbolos ini yang dimaksud adalah siswa tidak termotivasi di dalam kelas.. hohoho…

    tapi saya sangat melihat kebaikan dari e-learning ini untuk masalah penugasan dan mungkin untuk masalah ujian (dengan sedikit perbaikan di masalah infrastruktur tentunya). dengan adanya e-learning penugasan bisa semakin mantap dan menyegarkan dan tentunya para siswa dapat berkolaborasi ~ 24 jam (jika mau)..hehehe..

    dan yang terakhir, untuk kuliah2 berbau teknis. penyimpanan dalam bentuk video dapat membantu dalam banyak hal, dari memberikan contoh yang baik untuk adik angkatan, maupun sharing ilmu antar sesama dan atas angkatan.

    eh iya satu lagi…, btw, kapan tulisan ini mau direalisasikan ndre ? saya tunggu di cs . net yo…. kekekekekekeke

  34. Nggii Says:

    I think electronic learning it just some variation of education method, which of course same as like you said it uses computer technology.
    And e-learning is a try, why? because in this computerization era education needs new medium that make learn it self is more interesting and adapted with technology. So, if the human itself still didn’t (just look backward at virtual class in SI) really get the advantages in this method they shouldn’t force to use it. Maybe the classic one is more acceptable, but it is different if the case is like this :

    “The Sloan report, based on a poll of academic leaders, says that students generally appear to be at least as satisfied with their on-line classes as they are with traditional ones.” @ United Stated (wikipedia)

    Based on that article e-learning is not a difficult method, as you know we study literature from writer which published that literature in internet and download it maybe, it’s e-learning, or we look references about ALPRO (hehe — or just download it [e-cheating]) or another subject.

    Last but not least, slow but sure we have already know deeply about e-learning and dont compare what we have got from e-learning with unsuccesfull virtual class, because it just a lil part of it…

    “Sorry if there is missing type or awful grammar — thanks >.</”

  35. 0790 Says:

    pertama kali saya mohon maaph yang sebesar-besarnya karena yah masih awam dibidang tulis menulis…
    jadi, semoga tulisan ini bener2 pas seperti apa yang ingin saya utarakan……

    setelah saya membaca artikel dan komen2 yang ada diatas, sebenarnya metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode yang bagus untuk diterapkan dalam suatu proses dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). akan tetapi kemungkinan banyak sekali aspek2 yang perlu diperbaiki apabila metode ini akan digunakan. mungkin salah satunya adalah fasilitas. misalnya mic. hal tersebut bisa sangat mengganggu KBM.
    mungkin itu adalah salah satunya…

    tapi yang dituntut dalam metode ini adalah profesionalitas dari masing2 pihak. dari pihak dosen,pengawas dan mahasiswa. dengan metode yang semacam ini, interaksi dari dosen dan mahasiswa tidak akan berjalan dengan cepat. oleh karena itu, perlunya kesadaran yang tinggi sehingg ilmu yang disampaikan oleh dosen bisa diserap dengan baik oleh mahasiswa.

    mungkin seperti itu…
    mungkin masih banyak yang kurang dalam komentar saya..
    semoga bisa sedikit berguna.
    terima kasih.

  36. dusdusdustin Says:

    E learning,,,
    hmmm,,,

    Klo mw melakukan terobosan tekhnlogi jangan takut untuk menerima resiko,,vontohnya yg ky di artikel,,spiker g jelas,dll

    Tapi,,sebaiknya ditinjau dulu sarana dan prasarana yg diperlukan,,kan sm aja boong kl niat udah ada tpi sarana blum terpenuhi,,Setiap minggu diadakan maintenance alat2 yg digunakan untuk kuliah,,

    Kl masalah mata kuliah yg co2k,,,hmmmm kynya bakalan lebih co2k buat mata kuliah yang btuh sedikit visual di dalamnya,,kaya PTI dan lebih2 lg SISOP,karena percuma kita mempelajari proses2 bla bla bla yg ada di dlmnya,tpi g ngerti “konkretnya” itu gmn…Dijamin kl kuliahnya menarik ky gt bakal memancing keaktifan mahasiswa,,timbal balik gitu de,,

    Satu lagi,,karena fasilitas pasti akan ditambah apabila e learning dijalankan,maka keamanan kudu ditambah,,KUDU!!!=)
    Karena ada gula ada semut,ada barang ada maling (#$@!?????)
    Yaa gitulah pokoknya,mengingat kasus pencurian di kampus semakin meningkat,,=P

    So,,,teruskan perjuangan untuk E-Learning!!!

  37. Fajar Baskoro, M.T. Says:

    Penerapan e-learning di Indonesia menurut saya masih belum bisa menggantikan kuliah konvensional, kuliah ini sebaiknya digunakan sebagai subsidiary dari kuliah konvensional. Mengapa demikian? Sistem pengajaran di Indonesia menurut saya masih terkait erat dengan kebudayaan yang ada, misalnya perilaku mahasiswa, interaksi mahasiswa dengan dosen. Sedangkan budaya e-learning sangat terkait dengan budaya membaca dan menulis ( reading and writing ) yang di negara kita masih belum sebaik di negara maju. Apabila diterapkan sistem ini, sebaiknya dipakai untuk membantu perguruan tinggi di daerah yang tingkat SDM ( secara keseluruhan ) baik dari sisi pengajar maupun anak didiknya masih kurang dibandingkan dengan yang ada di kota. Dengan ini nuansanya menjadi berbeda, bukan untuk ”meningkatkan” tetapi lebih ke arah ”pemerataan” pendidikan. Sistem ini diterapkan di perguruan tinggi di kota, dan perguruan tinggi yang berada di daerah bisa ikut mengakses dan bisa saling sharing untuk mengikuti perkuliahan yang ada di perguruan tinggi di kota. Untuk itu pemerintah selaku pemegang keputusan tertinggi hendaknya memberikan sarana dan prasarana yang memadai agar sistem ini bisa berjalan dengan baik, misalnya dengan cara memperluas jaringan internet hingga ke daerah-daerah dan memberikan pelatihan IT kepada para pengajar yang berada di daerah.

  38. daud Says:

    Wah, telat aku, dre!
    Semua kata2ku udah diambil sama Pak Fajar 🙂

    Secara garis besar aku setuju ama komentarnya Pak Fajar, masalahnya adalah budaya.
    Sama seperti internet, yang berkembang dari budaya baca/tulis, e-learning juga demikian.
    Kenapa akar budayanya penting?
    Karna mempengaruhi cara bersikap,
    Contoh sepele, kalo aku baca buku, terus ada kata yang gak ngerti, biasanya ditandai dan nanti dicari artinya.

    Btw, e-learning bukan hanya virtual class di mana dosen melihat kelas dan peserta melihat dosen,
    Blog nonprofit nihongokurasu[1] mempunyai kelas2 belajar bahasa jepang dalam berbagai level. Dan itu menggunakan conference di yahoo messanger. Sederhana tapi berjalan.
    Walopun gratisan, kalo mo maen2 (sekedar buat nerjemahin anime) mending jangan ke sini, karena senseinya galak2 (buat yang belajarnya main2).

    Pemakaian AV juga baik, dan dengan adanya internet jadi memudahkan distribusi.
    Sebelum internet pun sebetulnya aku sudah pernah ngalami belajar lewat video.
    Mencuri2 masuk kelas bimbingan belajar di Sony Sugema College, mereka punya koleksi video2 pembelajaran yang isinya tutor2 terbaik menerangkan pelajaran tertentu (waktu itu Dimitri Mahayana tentang konsep Gelombang, lengkap rumus2 dan turunannya).

    Sekarang?
    Anda tidak perlu mencuri ilmu,
    Jadi kalo kita mau secanggih mahasiswa MIT sekalipun, kita tinggal kejar.
    Mulailah dengan nonton kuliahnya[2].


    Jadi, kesimpulannya?

    e-learning saat ini ada, dan sedang berjalan. kita bisa repot memahami apa itu e-learning, atau langsung berpartisipasi di bidang yang kita minati.
    selama budaya-nya masih guru-centric (eh ini bahasa ilmiahnya apa sih pedagogi? andragogi? ato peda pancal?), e-learning akan sulit diterapkan karena minimnya pengawasan alias menuntut kemandirian pembelajar untuk berkembang.

    ref:
    [1]http://tadotsugakuen.blogspot.com/
    [2]http://watch.mit.edu/

  39. lilmessenger Says:

    Assalamualaikum warohmatullah . . .

    BIsmillahirrohmanirrohiim . . .

    Menurut saya e-learning tidak identik dengan virtual class. Virtual Class itu hanya salah satu saja dari penerapan e-learning. Di jurusan Sistem Informasi sendiri dulu pernah diterapkan pembelajaran dengan media elektronik tersebut. Sebelum adanya gagasan virtual class, terlebih dulu website e-learning milik SI sudah Establish. Bagi SI angkatan_05 yang pernah mengambil mata kuliah sistem operasi pasti mengetahui tentang keberadaan website itu. Apalagi klo bukan Website milik Ibu Nur Aini Rakhmawati (Bu Iin) dosen sisop kita tercinta. Nah, dengan memanfaatkan website itu pun kita sudah bisa ber e-learning ria. tak harus dengan streamming video real time. Yang penting kegiatan belajar mengajar jarak jauh bisa dilakukan dan ada interaksi dari kedua belah pihak antara baik antara pengajar dan yang diajar.

    Jadi jangan menyerah dengan infrastruktur klo memamng bandwidth tidak mencukupi. Selama ada koneksi internet dan website e-learning. KBK model seperti itu bisa dijalankan.

    Insya Allah. Haqqul Yaqin. 😉

  40. Melz Says:

    Saya setuju dengan pendapat dari teman-teman dan dosen-dosen di atas. Memang ide menerapkan e-learning ini bagus akan tetapi ada banyak hal yang musti dipersiapkan dan dibutuhkan kerja sama yg baik dari pihak dosen dan mahasiswa agar metode ini dikatakan sukses dan bermanfaat. Saya pribadi pernah merasakan metode belajar e-learning sewaktu duduk di bangku sekolah menengah kelas 3, tetapi metodenya berbeda denga yang sudah pernah di terapkan di Jurusan Sistem Informasi. Tidak ada kelas ataupun tatap muka dengan guru (kondisinya asaat itu semua murid kelas 3 harus melakukan kerja praktek selama 3 bulan yang tempatnya tersebar di beberapa kota namun tetap harus menerima materi pelajaran sekolah), hanya modul dan tugas-tugas yg perlu di download dari situs e-learning sekolah oleh siswa untuk kemudian di pelajari sendiri. Waktu itu saya pikir lebih enak dan jelas kalau diajar oleh guru. Dari pengalaman itu menurut saya, selama dosen masih mampu untuk mengajar di kelas kenapa tidak dilaksanakan metode belajar tradisional. Mahasiswa tentu akan merasa lebih jelas dan mudah memahami materi kuliah. Tetapi kalaupun e-learning tetap perlu diterapkan, saya akan mendukung asalkan ya itu tadi ada perlu banyak kesiapan baik dari peralatan maupun pelaku pengguna e-learning itu sendiri.

  41. Galih Maulana Ardi Says:

    E Learning
    blajar lewat E 🙂 salah satu media yang dapat dimanfaatkan buat belajar, bagus banget, ga ribet cari buku dan bawa berat2, kalo bisa dibuka dan dibaca di mana saja malah bagus, mencerdaskan bangsa, karena ini isinya untuk pembelajaran boleh donk dicopy dan diperbanyak, selain memudahkan akses, hemat kertas (walo ga hemat listrik), juga dapat jadi referensi yang lain. jangan takut masalah pencurian ilmu, lha ilmu itu emg untuk dibagi kok, bukan dimiliki sendiri

    Nek virtual class? humm… kasian mahasiswa yg jadi percobaan sistem yang dalam tahap pengembangan, masalahnya budaya mahasiswa sekarang masih belum siap untuk pembelajaran seperti ini, selain infrastruktur yang belum memadai, terlalu mahal, sebenernya bagus, tapi kita blon siap aja

  42. A. Holil N.A, M.Kom Says:

    Yang perlu dicermati dari penerapan virtual class yang pernah dilakukan di FTIf, saya melihat ada dua point penting yang menurut saya menguatkan ketidak cocokan sistem ini diterapkan di FTIf yaitu :

    1. Produktivitas dari penerapan virtual class, produktivitas ini tidak tercapai karena menurut saya biaya setup dan biaya peralatan yang dikeluarkan masih belum bisa sebanding dengan tujuan pembelajaran yang baik.
    2. Budaya belajar-mengajar yang ada tidak sesuai, di Indonesia budaya yang ada adalah budaya memberikan contoh dan mengajak, misalnya interaksi dengan mahasiswa langsung, memberikan tugas di tempat ( tunjuk langsung mahasiswa untuk mendapatkan evaluasi ) sedangkan e-learning adalah budaya mandiri dan bertanggunjawab, Mahasiswanya niat.

    Solusi yang baik mungkin lebih menerapkan e-learning dalam bentuk rekaman video pembelajaran, tetapi yang perlu diingat bahwa materi yang diberikan haruslah materi yang menarik, tidak seperti mengajar pada kelas konvensional. Sehingga dosen pengajar perlu memikirkan materi yang menarik untuk diberikan kepada para mahasiswa tanpa merasa khawatir mahasiswa menjadi bosan dan tidak mengerti tentang materi yang diberikan.

  43. reza Says:

    Sebelum menginjak ke elearning yang bener2 total (semua bahan materi ada di internet, tak perlu pertemuan tatap muka), sepertinya akan lebih bagus kalo sistem kuliah yang udah jalan di e-learning-kan dulu.

    Semisal, setiap dokumentasi slide dosen/handout diuplot di internet dan bisa didonlot. Setiap ada tugas/PR, dosen selain ngomong di depan mahasiswa, juga dilengkapi dengan posting di website kuliah yang bersangkutan. Kalo yang semacam itu udah bisa dijalankan, bisa mengarah ke yang lebih advanced seperti rekaman waktu kuliah, sehingga mahasiswa yang sakit/ada halangan tetap bisa mengikuti.

    Sebelum sistem seperti itu berjalan, akan susah kalau misal mahasiswa dan dosen disuruh “lompat” langsung masuk ke elearning total, yang tak mensyaratkan tatap muka dan tak mengenal lokasi selain dunia maya..

    Tentang sisi baik virtual class yang diungkap di artikel di atas, mungkin perlu juga ditambahkan, sistem itu akan baik apabila pihak pengajar juga memberikan feedback dan tugas2 yang kontinu. Mengapa? Ini karena apabila tidak ada feedback dari pengajar, saya kok agak ragu mahasiswa akan tetep keep interest terhadap sistem ini.. Karena apabila tidak ada kekreatifan dari pihak pengajar, tidak ada bedanya melihat tivi dan ikut kuliah. Jadi mahasiswa bisa2 ngerasa “gak kuliah”, walaupun sebenarnya hadir di ruangan secara virtual.

    Apabila dilengkapi dengan suasana interaksi antara pengajar dan mahasiswa, mungkin mahasiswa akan lebih termotivasi, karena ternyata yang dia lihat di layar itu memang bener2 orang yang lagi ngobrol dan berniat mengajarkan sesuatu pada dirinya. Bisa juga dikondisikan, mahasiswa harus wajib ngomong selama kuliah. Melihat kebanyakan budaya mahasiswa kita yang diem2 aja selama kuliah (termasuk saya), kalo pas virtual class juga diem, bisa2 tidur di kelas 😀

    Segitu dulu komennya. Buat simply_jayus a.k.a. sari, kalo baca komen ini, nih udah kukomenin sar :p

  44. ubed Says:

    Menurut saya penerapan E-learning sdh bagus, cuma effectnya belum terasa, mungkin karena belum mendapat perhatian dan pengembangan lebih, jadi side effectnya belum terasa
    jadi menurut saya agar lebih berguna penerapan E-Learning harus diterapkan dengan kesungguhan bukan hanya untuk uji coba mengingat guna kedepannya trims

  45. aLay Says:

    hm..
    aq ngrasain kuliah virtual class pertama kali itu pas semester 3 (sekarang ini semester 7).. waktu itu kuliah Sistem Operasi di Teknik Informatika ITS..trus semester 4 pas Kuliah Jaringan Komputer….ama kuliah Etika ama kuliah IMK sempet ada virtual juga…
    dulu sih awal2 seru… tp kelamaan…kok jd bikin males ya..
    kelasnya ribut bgt… suara dosen ama suara mahasiswa kalah…
    yg ada..terpaksa gak bs ikutan kuliah… akhirnya dateng ke kelas cuman absen and then go to lab… ya mo gmn lagi…drpd d kelas juga waktu kebuang percuma…mendingan ke lab bwt ngerjain tugas yg laen… coz belajar d virtual class ama belajar sendiri..lebih masuk bljr sendiri…
    bener kata wardani..suara dosennya kok slow motion gitu…
    usul cuman usul… metode konvensional lebih bermanfaat lah utk saat ini…kecuali klo dosennya mw bercapek2, bikin aja virtual class yg bs diakses dr luar kampus..dr kosan/rumah… dosennya jg harus nyediain fasilitas chatting / voice call… jd pas ada yg bingung…bs lgsg nanya…

  46. Romi Satria Wahono Says:

    1. Makalah mas Andre ini jujur saja tidak melakukan mekanisme kutipan dengan baik. Tidak ada satupun daftar kutipan ditampilkan, meskipun saya lihat banyak kutipan. Dua definisi pertama, darin e hartly dan learnframe.com diambil dari tulisanku, dan aku yang nerjemahin, tapi sama sekali tidak ditulis 🙂 Saya nggak yakin mas Andre baca sendiri tuh paper … hehehe. Baca semua publikasiku yang ada di romisatriawahono.net atau ilmukomputer.com ttg elearning, cek di sana dan jangan lupa cantumkan bahwa keduanya dikutip dari paperku (tidak referensi langsung ke paper). Termasuk kesimpulan definisi elearning juga cek dari paperku deh 🙂

    2. Makalah tidak tajam arahnya ke mana. Kalau ini sebuah riset kualitatif, harusnya tujuannya harus jelas mau di bawah ke mana. Objectivenya nggak jelas, setelah melihat penerapannya, apa yang mau dilakukan? Buat parameter standard dalam penilaian elearning, lihat uniqueness dari tiap-tiap elearning, dan tarik kesimpulan dengan tajam.

    3. Isi dari masing-masing elearning adalah review dari penerapan (karena judulnya penerapan), bukan masalah how to use, kalau itu pasti nggak banyak beda. Kalau pada pake moodle ya semuanya akan sama, kalau pake atutor ya semuanya sama. Review secara kualitatif, analisa dan kaji parameter2 yang ingin kita kaji. Lalu perbandingkan.

    4. Cek tulisan-tulisanku di journal teknodik, cari saja di IlmuKomputer.Com, lihat bagaimana teknikku menganalisa elearning. Kalau ini makalah ilmiah (populer), kutipan harus standard (lihat di university.romisatriawahono.net, ambil matkul metodologi penelitian), misal pake rule dari APA.

    5. Kesimpulan nggak tajam, pembaca jadi bingung, yang sampeyan cari sebenarnya apa sih ….

    Itu dulu. Buzz me di YM romi_sw untuk informasi lebih lanjut. Mudah-mudahan sukses.

    Tetap dalam perdjoeangan.

    Salam,
    —-
    Romi Satria Wahono

  47. Bambang Setiawan, M.T. Says:

    Menurut saya penerapan virtual class di FTIf harus memiliki persyaratan umum, karena materi dari kuliah umum tidak cocok apabila langsung digunakan untuk materi virtual class. Saya pernah menggunakan virtual class untuk Mata Kuliah Keamanan Komputer, hambatan yang terjadi adalah :

    1. Materi yang saya sediakan tidak cocok digunakan untuk virtual class.
    2. Interaksi yang kurang antara dosen dan mahasiswa menyebabkan evaluasi yang dihasilkan tidak sesuai harapan.
    3. Lamanya waktu setup dan kegagalan ketika dijalankan, menyebabkan kuliah menjadi tertunda.

    Penggunaan virtual class ini menurut saya lebih cocok digunakan ketika dosen berhalangan hadir untuk memberikan kuliah. Usul saya, Inherit ITS (share.its.ac.id) digunakan untuk menyimpan materi perkuliahan. Kemudian apabila dirasa perlu melakukan kuliah jarak jauh, mahasiswa harus sudah diberi informasi sebelumnya dan diwajibkan untuk mengambil dan mempelajari materi yang telah disimpan di web e-learning tersebut. Materi perkuliahan untuk virtual class harus dibuat semenarik mungkin untuk menghindari kebosanan dari mahasiswa yang diajar.

    Dukungan dari pemerintah saya rasa sudah cukup baik, dengan adanya Jardiknas yang telah diberikan oleh pemeritah, dengan Jardiknas konsep e-learning yang digagas bersama dapat berjalan dengan baik jika semua elemen yang berperan dapat menjalankan sesuai prosedur yang telah disepakati bersama.

  48. IU_v3 Says:

    ehm……..
    menurut saya,,e-learning itu bagus buat beberapa mata kuliah yang menunjang kearah sana, kalo buat fisdas atau kalkulus dan sejenisnya, ya gak sesuai mas…

  49. nollimadua Says:

    mungkin ada baiknya kalo e-learning coba diterapkan kembali di SI, mahasiswa dituntut untuk jadi lebih aktif dan mau bersuara
    tapi sistem pengajaran seperti ini ga akn berhasil kalo mahasiswanya tetep aja mbandel gak mau berusaha ndiri…tetep pasif…
    sistem pengajaran apa aja kalo yang jadi objek pembelajaran kurang mau diajak bekerja sama, hasilnya ya pada wae

    apa lagi e-learning ini byk banget masalah teknisnya…kalo alat2nya selalu ada n bisa digunakan dengan baik, dan bukannya malah menghambat kuliah (misal ada yang tiba2 rusak), aku rasa oke2 aja diterapin lagi

    tapi kayake kalo bener2 e-learning ada lag,kayae lumayan menyenangkan deh^^ asal gak kejadian kayak yang diceritain di komentar mas (apa mbak? maap q ga tau) aLay di atas…volume dosen kalah ma keributan mahasiswa..

  50. parvian Says:

    @Pak Romi Satria Wahono : Terima kasih buat sarannya pak, tulisannya sudah saya perbaiki pak… mudah2an ini yang dimaksud pak Romi dengan istilah “kesimpulan yang tajam” 🙂

  51. a.r.l.i.t.a Says:

    Assalamualaikum…
    Singkat saja, setelah membaca penjelasan maupun pelaksanaan e-learning di beberapa perguruan tinggi terkemuka khususnya di ITS, saya mengidentifikasi adanya perbedaan yang sangat mendasar antara teori dan penerapannya. Dari segi teori, e learning dengan segala sisi baiknya cenderung mengesankan sebagai suatu sistem perkuliahan yang ideal khususnya di era teknologi yang sudah serba canggih seperti sekarang ini. Namun, e learning tidak langsung dapat diterapkan begitu saja. Mengapa saya katakan bahwa e learning adalah sistem perkuliahan ideal di zaman modern? Hal tersebut dikarenakan e learning juga harus diterapkan pada kondisi yang ideal untuk mencapai hasil yang optimal. Lalu bagaimanakah kondisi ideal yang dimaksudkan? Tentu saja, selain didukung oleh fasilitas kecanggihan teknologi, e learning juga harus didukung dengan dosen dan mahasiswa yang berkompeten,lingkungan siap mendukung penerapan e learning dan materi kuliah yang disesuaikan pula.Melihat kondisi negeri ini yang belum siap menerapkan e learning, mahasiswa, dosen dan semua aspek yang terlibat dalam penerapan e learning di Indonesia sering menjadi “kelinci percobaan”. Dari kacamata saya sebagai mahasiswa, sejujurnya masing-masing mahasiswa memiliki cara belajar sendiri yang dirasa nyaman dan cocok dengan karakter personalnya. E learning bukanlah suatu tren pembelajaran, namun merupakan satu dari sekian banyak pilihan sistem pembelajaran bagi siswa maupun mahasiswa. Akhir kata, apapun sistem pembelajarannya, mahasiswa Indonesia harus tetap belajar lebih giat lagi untuk membangun negerinya menjadi lebih baik.
    Dari diri saya pribadi setuju banget sama pernyataan Ibu Mahendra diatas, bahwa penerapan sistem e-learning akan tidak jauh beda dengan sekolah terbuka dan akan sangat sulit menggantikan kelas tradisional. Esensi belajar di kampus jadi kurang mengena bahkan terkesan bahwa sekarang ini eksistensi manusia bisa digantikan dengan kecanggihan teknologi.
    Demikian sepatah dua patah kata saya mengenai penerapan e-learning di Indonesia, semoga dapat menjadi pertimbangan dan masukan untuk menuju pada penerapan sistem pendidikan yang lebih baik lagi. Terima kasih.

    Wassalamualaikum….:))

  52. glend@5207076 Says:

    walaupun aku belum pernah ngerasain yang namanya virtual class,, terus terang aku pesimis atas keberhasilan penerapan virtual class ini. Berkaca pada aktivitas kelas tradisional… wong ada dosennya aja masih banyak yang cuek, ngantuk, bahkan tidur…

    apalagi virtual class ini,, gak ada dosennya, bisa dibayangkan sendiri kondisi kelas pada saat itu.

    Tapi virtual class boleh dicoba untuk kuliah yang pesertanya banyak banget,,, misal kuliah tamu, daripada buka kelas di plasa, uda capek mindah kursinya, rame, banyak orang sliweran yang ganggu konsentrasi (contoh –> cewek industri, mending dibuat virtual class dengan membuka beberapa kelas.. Tapi itu pun diusahain ada yang jaga per kelasnya biar kelas tetap dalam kondisi kondusif.

    itu aja sih ‘sementara’ menurutku.. kalo ada tambahan aku posting komen lagi..

    thanx

  53. Buku Sekolah Elektronik Gratis untuk siswa-siswi Indonesia « Parvian’s Weblog Says:

    […] Comments glend@5207076 on Penerapan e-Learning di Indone…a.r.l.i.t.a on Penerapan e-Learning di Indone…parvian on Penerapan e-Learning di […]

  54. pradipta dinar Says:

    e-learning…
    virtual class…

    sebenarnya…
    kita kembalikan aja kepada latar belakang dan tujuan dari virtual class,khususnya d lingkungan ITS…
    seperti ada pada tulisan…
    “…mendorong ITS untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan rekan sesama perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi di luar Jawa ataupun perguruan tinggi yang tergabung dalam perguruan tinggi di Jawa Timur. Idenya adalah dengan virtual class semua mahasiswa di lingkungan intern ataupun di seluruh wilayah yang ada di Indonesia dapat mengikuti kuliah yang diselenggarakan di ITS…”
    jelas sekali…
    tujuannya, agar semua bisa ikut ‘menikmati’ kuliah…

    jadi…
    konsepnya klo menurut saya…
    sistem yg mempermudah mahasiswa untuk dapat lebih mengerti dan memahami materi kuliah,,dimanapun dia berada,,melalui media elektronik…

    yang terpenting adalah sistem…
    mau seperti apa sistem ini?
    jika menurut pada konsep,,maka segala materi dan konsep yang dibutuhkan oleh mahasiswa seharusnya bisa tercover…
    mulai dari tugas,,bahan presentasi,,video perkuliahan…
    mahasiswa akan merasa terbantu –> walaupun mereka berhalangan mengikuti kuliah,,namun mereka dapat memahami (sendiri) materi yg diajarkan(dengan download materi,,video perkuliahan)…

    dan,,kita kembalikan saja pada manfaatnya…
    mata kuliah yang sebaiknya diajarkan secara langsung(seperti mata kuliah Ibu Wiwik dan Ibu Mahe diatas) ya monggo,,diajarkan secara langsung…
    mata kuliah yang bisa diajarkan melalui virtual,,ya monggo diterapkan…
    tapi ya jangan berlebihan…tiap pertemuan memakai sistem virtual…
    terus terang…
    lucu jugag…
    dosennya ada dan tidak berhalangan,,tapi malah memberikan/menyampaikan materi melalui virtual dari lantai 2…wkwkwkwwk

    konsep virtual sebaiknya diberlakukan ketika dosen sedang berada d luar kota/negeri…
    sehingga dapat tetap menyampaikan materi dan sekaligus berinteraksi dengan mahasiswanya…
    menurut saya,,ini sangat menolong baik pihak dosen maupun mahasiswa..
    terus terang saja…
    jika dosen berhalangan mengajar,,dan menambahkan jam kuliah d hari dan waktu lain,,sangat memberatkan pihak mahasiswa…
    pertama dari segi waktu…
    kesibukan mahasiswa bukan hanya perkuliahan…
    interaksi dengan sesama jg perlu…apalgi bagi mereka yang bekerja paruh waktu…
    kedua dari segi fisik dan stamina…
    bisa terjadi mahasiswa menerima 4 mata kuliah masing-masing 3 sks dalam waktu sehari…jika ada tambahan/kuliah pengganti…

    diharapkan,,dengan e-learning,,mahasiswa bisa benar2 merasakan manfaat,,sehingga terbantu dalam memahami dan mengerti materi yang ada dalam perkuliahan…

    terima kasih…
    sekian dulu dari saya…
    maaf…
    jika ada kata atau tutur yang tdk berkenan(terutama ketidakformalan kalimat,he5)…
    segala yang sempurna hanya pada-Nya…

  55. Willis Says:

    Saya rasa pada era yg serba maju ini, sudah saatnya kemajuan tersebut dapat dimaanfatkan sebaiknya dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

    Salah satu nya ialah dengan e-learning tersebut. Saya sangat setuju apabila teknologi tersebut digunakan/difungsikan secara aktif dalam suatu pembelajaran yang berbasis teknologi. Jadi bukan hanya suatu wacana yang selalu digemborkan…

    Saran saia : e-learning tesebut harus ditunjang oleh kelengkapan fasilitas pendukung dan keikutsertaan baik dari para dosen ataupun dari para mahasiswa-mahasiswi FTIF…Jadi jika nanti ada suatu masalah yg muncul tidak ada pihak yg disalahkan atas perbuatan yang tidak dilakkukan @ tidak ada pihak yg seharusnya bertanggung jawab melepaskan begitu saja tanggung jawabnya

  56. vEbRi Says:

    Ehmmmm……….
    Sbnrnya Q blm tw pzt e-learning ntu co2k diterapin ato G coz Q khan belum pernah nYoba ms,,

    y,,
    coba ja mungkin dalam pempelajaranx co2k kn enk ms,,
    kn bru ni Q ma tmen2,,

    tp bwt jurusan kn ms,,
    bkn untk TPB kn,,
    soalx kgak mungkin ms,,

    y,,intix d coba dLu ja ms,,
    btw,,
    thun kmyen udh t ms or bru2 ni,,

  57. Ind Says:

    hmm… Penasaran nih jadi pengen coba ngrasain e-learning tu.

    tapi menurut pendapatq, tu rasanya bakal kurang efektif. bisa qta bayangin ja gimana keadaan kelas yang tanpa dosen. bisa rame banget tu… lalu rasanya kalo dosenx nerangin sambil g ngoret2 d papan tu rasanya kurang puas gimana gitu…

  58. Ardhy_Manting Says:

    Aslm….

    Jujur aja mas aku ngeRASA PESIMIS tentang pembelajaraqn e-learning!!
    dari pengalaman aku aja, diajar secara LIVE ada dosenNYA aja masih ngantuk n biasaNYA g nyabung gitu… Apa lagi secara e-learning,pasti lah lebih sulit kalo menurut pendapat aku

    Tapi boleh juga pembelajaran e-learning dicoba diterapka ke mahasiswa SI, tapi saran aja jangan ke mata kuliah yang terlalu berat kayak ALPRO gitu…

    VIVAT…..

  59. Hatta Bagus Himawan Says:

    Ass wr. wb.

    E-learning?? dulu q lebih mengenal kata Distance Learning daripada E-learning…
    q kira dulu beda tapi setelah baca dari tulisan pak andre… ternyata sama saja ya…

    ehm…

    jujur q bingung n g begitu menguasai ini…
    tapi dngn sedikit ilmu yg saya miliki saya akan mencoba memberikan komentar…

    menurut saya ada beberapa syarat pokok yg dibutuhkan e-Learning ato distance learning agar berjalan sesuai “semestinya”:
    a. pembelajaran tidak tergantung kepada pengajar
    b. sumber belajar banyak tersedia dan mudah diakses
    c. pengajar harus siap bertugas hanya sebagai mediator atau pembimbing
    d. belajar dapat dilakukan kapan dan dimanapun tanpa terkendala ruang dan waktu
    e. perlu kesiapan kebijakan, infrastruktur dan sdm pengguna IT.

    Dan dari beberapa sumber yang pernah saya baca ada beberapa komponen penting yang dibutuhkan e-learning, misalnya:
    1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.
    (Saya kira dalam hal ini ITS sanggup)
    2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.
    3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh mahasiswa kapanpun dan dimanapun (syarat pokok e-learning).

    Dan menurut saya ada beberapa keuntungan menggunakan e-learning bila diterapkan, diantaranya :
    a menghemat waktu proses belajar mengajar
    b mengurangi biaya perjalanan
    c menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku)
    d melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

    Untuk menyampaikan pembelajaran, e-learning selalu diidentikkan dengan penggunaan internet. Namun sebenarnya media penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3, PDA, dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah.
    Oh ya Sedikit yang perlu kita garis bawahi untuk terminologi distance learning. Terminologi distance learning ini sejak dulu sudah ada, hanya dulu distribusi bahan ajar dan proses pembelajaran tidak menggunakan media elektronik, misalnya universitas terbuka yang dulu mengirimkan module pembelajaran lewat pos. Hanya, saat ini universitas yang menerapkan distance learning kebanyakan sudah menggunakan media elektronik untuk mendistribusikan bahan ajar dan proses belajar mengajar, dengan kata lain bisa saja distance learning masuk ke definisi e-Learning untuk kondisi ini. Tapi tidak menjadi masalah kalau open university yang ada di dunia ini tetap menggunakan term distance learning, karena mungkin sudah lebih lama dan terbiasa digunakan. Yang pasti secara kohesi terminologi, distance learning akan dekat dengan terminologi open university dan synchronous learning.

    Itu tadi sedikit wacana yang saya ketahui tentang e-learning….
    DAN kenapa e-learning susah (susah bukan berarti tidak bisa) dilaksanakan di ITS???
    saya kira pernyataan dari pak ahmad kholil dan pak arif wibisono sudah cukup memberikan alasan KENAPA e-learning sangat sukar dilaksanakan.

    dan untuk solusinya… sampai saat ini saya tidak kepikiran sampai kesitu dikarenakan kurangnya ilmu saya… mungkin bila suatu saat “mungkin” ada solusi yang dapat saya sampaikan mungkin saya dapat bilang ke pak andre langsung (ehm… tp kpn ya dngn otakq yg “tidak lebih pandai dari teman2 lainnya”?? seabad lg kah? he”… semoga otak yang kecil ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar.. amin)…

    terima kasih…
    sekian dulu dari saya… (halah kayak pidato aja!)
    oh ya maaf jika kata2 saya kurang formal atau lebih mendekati TIDAK formal (habis susah klo nyampein secara formal)

    wss wr wb.

  60. parvian Says:

    @Vebri : Sebenarnya virtual class di Jurusan Sistem Informasi dilaksanakan waktu aku semester 4, cuma berjalan 1 semester karena banyak faktor yang menyebabkan virtual class dihentikan dulu. Salah satunya mungkin kurangnya dukungan untuk mata kuliah yang butuh interaksi dengan mahasiswa karena waktu itu aku sempet dapet mata kuliah Manajemen Sains ( bu Wiwik ) juga pake virtual class… tuh beliau udah ngasih pendapat juga 🙂 begitu ceritanya… jadi ini bukan konsep baru 🙂

  61. Parvian Says:

    @Ardhy_Manting : Jangan pesimis dong… MANA SEMANGATMU ANAK MUDA?! 🙂

  62. parvian Says:

    @Hatta Bagus Himawan : Ya, saya setuju dengan semua keuntungan itu… masalah penerapan, bagaimana kalau kita jadi trigger? 🙂 mahasiswa kan “agent of change” :). seph bro… makasih buat komentarnya ya? 🙂

  63. parvian Says:

    @Bu Wiwik, Bu Mahendra, Pak Mudja, Pak Arif, Pak Didit, Pak Fajar, Pak Holil, Pak Iwan : Terima kasih buat saran dan komentarnya, membuat saya bersemangat untuk terus memperbaiki 🙂

  64. Ketut Says:

    e-learning…hmmm namanya keren…tapi apa yang sebenernya diinginkan di balik nama yang keren itu sulit banget buat di capainya. banyak faktor harus di perhatiin. menurut saya sih e-learning yang optimal biayayanya untuk saat ini masih mahal. Klo e-learningnya cuma sekedar men-share materi2 perkuliahan ya oke-oke aja sih…toh memudahkan mahasiswa buat nyari materi. Tapi gimana klo e-learningnya itu seperti virtual class, wew….lihat dulu berapa mahasiswa yang akan di ajar, apakah mreka semua memegang komputer masing – masing satu atau seperti menonton layar tancap, selain itu apakah peralatan yang tersedia sudah memenuhi standard agar apa yang disampaikan dosen bisa diterima dengan jelas oleh mahasiswa. jika fasilitasnya masih dibawah standar, gimana mau dapet tambahan ilmu dari kuliah, bahkan dosen saja mungkin jadi kesulitan dalam mengajar. kadang sound systemnya mati lah, kadang suaranya kerebek – krebek lah, gambar yang terlihat di layar juga biasanya kurang jelas…parah dek pokoknya….makanya saya lebih memilih tidur di tempat yang tidak tersorot oleh kamera…hehehhee (buka kartu). So..Untuk saat ini di fakultas kita menurut saya kegiatan belajar mengajar masih lebih baik makek cara tradisional aja….hehhehehehe, namun semua itu butuh proses…tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti fasilitas penunjang e-learning bisa diperoleh dengan murah, dan e-learning bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

  65. parvian Says:

    @Ketut : Semangat bro! disitulah tantangannya 🙂 kalau mau maju kita harus menjebol “tembok” bukan begitu? 🙂

  66. no 37 Says:

    wah keren juga tuh pake sistem e-learning…….

    tapi……..

    kalu boleh, tu sistem nya di coba dulu di mata kuliah yang bobot sksnya dikit ajah kan tu sistemnya masih awam buat aq dkk ….. ^_^

    soalna kalu sistem itu di pake pas matkul alpro 2 …….beeeehhhhhhh

    yakin 200%…….Paasti ANCUR dah nilaina……

    tu ajah mas……thanks….

  67. sahily Says:

    huem…
    e-learning…
    klo sistem ini bner2 diberlakukan di SI
    mhon dipertimbangkan lagi mata kuliah yg akan di jadikan virtual class
    soalnya tidak semua mata kuliah bisa diterapkan dengan metode e-learning

    tapi saya mendukung klo sistem e-learning ini di terapkan (itung2 pengalaman)

    sekain ya mas….

  68. IGOS - Memberikan Pembelajaran dengan Konsep e-Learning « Parvian’s Weblog Says:

    […] Comments sahily on Penerapan e-Learning di Indone…no 37 on Buku Sekolah Elektronik Gratis…no 37 on Penerapan e-Learning di Indone…rHyzka […]

  69. parvian Says:

    @no 37 : Hmmm… pendapat dari pak Prof. Arif Ajunaidy juga seperti itu 🙂
    @Sahily : seph… thx ya dek? 🙂

  70. us0ap'07 Says:

    hmm….
    E-Learning…
    dari beberapa pengertian n pnjelsan yg saya baca diatas, emang ada positif (+) & negatif (-) nya…
    tapi apa salahnya jika kita mencoba…
    apalgi kita sebagi jurusan yg berbasis IT… y ngak …Hehehe…

    tetep semangat aja… Seperti
    kt Maz Andre… ……
    ” Semua ini demi kemajuan pendidikan di Indonesia! Majulah Terus Pendidikan Indonesia!”

    VIVAT….

  71. parvian Says:

    @us0ap’07 : Ya, agent of change memang harusnya punya jiwa-jiwa seperti itu 🙂 terima kasih us0ap’07… sopo yo iki? 🙂

  72. Bogan Says:

    huem…

    panjang luebar mas penjelasannya
    menrut saya e-learning bagus juga diterapkan di kampus qta tercinta

    tapi mohondipertimbangkan lagi ya mas
    matkul yg metode nya e-learning ap aja
    cz gak smua matkul bisa terserap dgn metode e-learning

  73. parvian Says:

    @Bogan : Hmmm… memang belum semua matkul bisa menggunakan konsep ini, cuma “belum” berarti bukan tidak sama sekali kan? 🙂 kalau katanya pak Arif Djunaidy sih, yang cocok matkul yang bukan matkul eksak… kalau menurut saya memang belum bisa semua matkul, karena budaya kita masih belum bisa menerima… harus pelan-pelan implementasinya, bagaimana?

  74. Pandit Says:

    wah boleh juga tuh e-learning
    karena udah jadi standar luar negri

    kalo diterapin y harus pelan2, jangan dari awal full e-learning coz lom terbiasa
    truz setiap be2rapa kali abiz kul diadakan evaluasi secara berkala dl, jng pas akhir2 ajah

    thnx mas . . .

  75. parvian Says:

    @Pandit : Intinya mungkin, disesuaikan dengan budaya kita dan sedikit-demi sedikit diarahkan untuk terbiasa menjadi lebih SLC ( Student Learning Center ) daripada TLC ( Teacher Learning Center ) begitu? ok, terima kasih Pandit.

  76. azlanmuftiinformationsystem Says:

    Nah..

    Mas Parvian,,

    Klo menurut saya,, Qt harus kembalikan persoalan pada tujuan dan latar belakang kenapa e-learning muncul…

    Yaitu.. tujuan utamanya jelas membuat objek pelajar semakin mudah memahami ilmu yang ingin dipelajarinya. jadi,jgn difokuskan melulu pada teknologi yang akan terus berkembang tersebut.. Buat apa teknologi canggih namun ketika diterapkan disini malah membuat situasi pembelajaran yg tidak kondusif yg malah tidak mempermudah pelajar..

    Jadi kesimpulannya sebenarnya jgn terlalu pesimis terlebih dahulu terhadap penerapan e-learning di sini mengingat persoalan yg disebutkan mas parvian tentang ‘budaya’ kelas kita ketika belajar.. yang perlu diperhatikan adalah bagaimana e-learning dikemas secara baik dan menarik dan tentu saja simple sehingga mudah dimengerti oleh objek pelajar tersebut.. dan juga perlu diingat bahwa TIDAK semua mata kuliah dapat dipraktikan model pembelajaran seperti ini.. Mungkin hanya mata kuliah yang tidak memerlukan tingkat afeksi mahasiswa sehingga tak perlu ada bentuk interaksi langsung antara mahasiswa dan dosennya yang mampu dipraktikkan model pembelajaran e-learning tersebut.. Jadi sangatlah perlu adanya pengklasifikasian mata kuliah e-learning yg tepat dan pas..

    Sekian mas parvian..

    Sukses selalu.

  77. Thanks a lot for you! I win this competition… « Parvian’s Weblog Says:

    […] Penerapan e-Learning di Indonesia : Virtual Class di Fakultas Teknologi Informasi – Institut Teknolo… […]

  78. portalinspirasi Says:

    Salut pada Parvian, saya baru saja baca di epaper.kompas.com, eh kok ada nama ITS muncul (langsung terkenang 10 tahun yang lalau diriku menjadi bagian dari kampus ini).

    Selamat Ya dik, setiap usaha memang layak mendapat apresiasi

    Masshella
    http://portalinspirasi.co.cc

  79. parvian Says:

    @portalinspirasi : terima kasih pak… saya ingin jadi orang yang berarti bagi Negeri ini 🙂

  80. aang Says:

    waktu kemarin saya sidang skripsi kebetulan bahas ttg e-learning juga. dan Alhamdulillah dibantai abis masalah definisi e-learning. nah untuk definisi kelas virtual kata dosen penguji jangan ambil sembarang definisi. depkominfo telah megeluarkan definisi ttg e-learning termasuk kelas virtual.. sampai sekarang saya belum menemuka definisi tersebut yang dikeluarkan oleh depkominfo.. tolong bantuannya dunks… istilah e-learning dari learnframe itu salah (katanya).. ilmukomputer.com buka lagi jadi situs e-learning (katanya lagi).. mohon pencerahan nya lagi dunk… tanx ya

    @aang
    Hmmm, terus terang saya belum mencarinya karena definisi ini sendiri saya ambil dari ilmu komputer dan diskusi dengan pak Romi Satria Wahono ( ownernya ilmukomputer.com ) tapi insya allah akan saya cari secepatnya 🙂 terima kasih mas atas informasinya.

  81. fauzanFADLI Says:

    mas parvian , saya minta yah artikelnya . buat tugas kuliah .
    maksih banyak . sangat membantu .

    -salamkenal-

    @fauzanFADLI
    Monggo silahkan saya senang kalo bisa membantu 🙂

  82. e-learning corner » Blog Archive » Indonesia Go Open Source Says:

    […] dalam semangat IGOS ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan tim IGOS ini sangat menunjang usulan saya di sini mengenai permasalahan pelatihan SDM untuk penerapan e-Learning dan pendekatan yang boleh dikatakan […]

  83. e-learning corner » Blog Archive » Buku Sekolah Elektronik, dengan Internet kita kurangi konsumsi kertas dan kerusakan hutan Says:

    […] internet. Harapan kedepan, perbaiki infrastruktur yang ada di Indonesia seperti yang saya usulkan di sini , yaitu mengenai pemakaian fiber optic cable dapat segera direalisasikan, guna memberikan kemudahan […]

  84. Road to the winner of the competition » Blog Archive » Buku Sekolah Elektronik, dengan Internet kita kurangi konsumsi kertas dan kerusakan hutan Says:

    […] internet. Harapan kedepan, perbaiki infrastruktur yang ada di Indonesia seperti yang saya usulkan di sini , yaitu mengenai pemakaian fiber optic cable dapat segera direalisasikan, guna memberikan kemudahan […]

  85. Pasa Firaya, ST Says:

    Berkunjung dan baca infonya, mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak orang, sukses ya.
    I Like Relationship

  86. agung Says:

    Terimakasih mas, informasi anda kami butuhkan, kami dari SDN Kertajaya Surabaya sedang merumuskan model pembelajaran kelas virtual.

  87. ade Says:

    Kalo ini, http://elearning.gunadarma.ac.id/ termasuk elearning juga ya ? Untuk vortual class-nya, sepertini bukan, http://v-class.gunadarma.ac.id

    Terima kasih

  88. eLearning Class Says:

    Topik yang anda bahas sangat menarik dan saya sangat terkesan.

    saya akan kembali lagi lain kali untuk membaca postingan anda yang lain.

    Terima kasih,

    Keep up the good work!


Leave a reply to Bambang Setiawan, M.T. Cancel reply